Jakarta, JATMAN Online – Buya Arrazy Hasyim mengingatkan akan pentingnya hati. Jika penampilannya seperti ustadz namun hatinya masih kotor, itulah setannya manusia. Allah sering menyindir manusia dengan dua sifat mulia melalui lafaz bismillah. Allah mengulang-ulang sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim agar manusia bisa mengambil pelajaran dari dua sifat itu.
Lanjut, Buya Arrazy, Imam At-Tirmidzi pernah meriwayatkan satu hadits, Rasulullah shalalahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki 117 akhlak atau adab, ambillah satu saja, maka engkau akan masuk surga.”
Maka, makhluk-makhluk surgawi yang ada di muka bumi adalah mereka yang meniru sifat rahmaniyah dan sifat rahimiyah Allah. Sedangkan makhluk tubuh manusia di dalamnya ada Iblis, penuh kebencian dan penuh kesombongan.
“Meski berpakaian ulama, tapi jika di hatinya ada perasaan sombong, maka itulah syaitannya manusia. Semoga negeri ini, ulama dan umara-nya, Allah bersihkan dari kebencian-kebencian dan kesombongan,” kata Buya Arrazy ketika mengisi tausiyah peringatan Isra Mi’raj secara daring dan luring dari Auditorium HM Rasjidi Kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Senin (28/02) malam.
Pada kesempatan itu, beliau juga menyampaikan salah satu hikmah besar dari peristiwa Isra dan Mi’raj Rasulullah shalalahu ‘alaihi wassalam.
Pengasuh Ribath Nouraniyyah Hasyimiyyah itu menjelaskan sungguh terpuji Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya dengan cara tak terduga. Isra Mi’raj merupakan hadiah kepada kekasih-Nya, Baginda Rasulullah shalalahu ‘alaihi wassalam, di saat sang Rasul berduka. Paman beliau wafat, istri meninggal, dan ia pun diusir oleh penduduk Thaif.
Beliau diusir tidak hanya dengan kalam-kalam verbal, tapi langsung secara fisik. Beliau diusir dengan cara dilempar dengan kotoran binatang, kerikil tajam, sembari sumpah serapa mereka alamatkan kepada beliau. Tapi baginda rasul hanya diam.
Tiba-tiba Jibril datang menawarkan bantuan untuk menghancurkan penduduk Thaif, tapi baginda rasul tak menghendaki itu. Sabda rasul sangat terkenal dalam peristiwa itu, semoga kelak anak cucu mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Menurutnya, sifat rendah hati Rasulullah itu harus dicontoh para ulama dan umara (pemimpin) negeri ini. Dengan sifat demikian, para ulama dan umara bisa memperbaiki sesuatu yang telah rusak dan pecah di negeri ini.
“Meskipun beliau secara umur biologis hanya 63 tahun, tapi secara kerohanian lebih tua dari Nabi Adam dan Nabi Nuh,” jelasnya.
Dosen Pascasarjana Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta itu mengatakan bahwa Nabi Nuh berdakwah hampir satu abad. Namun hanya sedikit dari umatnya yang beriman. Kondisi itu membuat Nabi Nuh berdoa agar Allah menurunkan azab kepada umatnya. Namun tidak bagi Rasulullah, meski sering mendapat caci maki bahkan secara fisik, tapi tetap bersabar dan mendoakan kebaikan kepada umatnya.
“Itu yang membuat Nabi Muhammad memiliki kedudukan tinggi dibanding Nabi Nuh AS,” ujar Buya Arrazy.
Sifat-sifat mulia baginda Rasulullah shalalahu ‘alaihi wassalam memang telah ditanamkan oleh Allah sejak masih kecil. Sebelum diangkat ke langit, Allah telah membersihkan dada beliau sebanyak dua kali. Dada beliau dibelah saat berumur 7 tahun, lalu dibersihkan dari sifat tercela.
Lanjut, Buya Arrazy, Lalu dibersihkan kembali ketika hendak naik ke Mi’raj. Jiwa Rasulullah dibersihkan, keegoisannya dibersihkan. Maka bertambah kekayaan ruhaninya, tapi tidak bertambah sombongnya,
“Maka jika hendak memajukan negeri ini, mari kita bersihkan qalbu dari semua kebencian. Mulai dari malam ini, tidurlah dalam cinta Allah Ta’ala,” ungkapnya.