Pedoman Rumah Tangga
BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Yang dapat diterima menjadi anggota Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah adalah mereka yang telah berbaiat kepada Guru Mursyid/Muqaddam/Khalifah/Badal atau sebutan lain sebagaimana yang diatur dalam Pasal 15 Peraturan Dasar Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah dengan cara mengajukan permohonan lisan atau tertulis dengan mengisi formulir disertai uang pangkal.
Pasal 2
Setelah permohonan tersebut sebagaimana Pasal 1 Peraturan Dasar ini diterima, maka pemohon mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah.
BAB II
KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 3
Anggota wajib:
- Menaati, setia, dan loyalitas tinggi kepada Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Mendukung dan membantu segala langkah dalam merealisasi tujuan dan usaha Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Berakhlak karimah seperti sifat syafaqah, rahmah kepada bawahan dan bersifat tauqier (ta’dhim) hormat kepada atasan seperti ber-ta’awun ‘alal-birri wat-taqwa wal-ihsan lil-ahyak wal-anwat
- Memberi infaq kepada Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
BAB III
HAK ANGGOTA
Pasal 4
Anggota wajib :
- Menghadiri rapat-rapat anggota dan mengemukakan pendapat serta memberikan suara
- Memilih dan dipilih menjadi anggota Idaroh atau Jabatan lain yang ditetapkan dan diamanatkan kepadanya
- Mengunjungi ceramah-ceramah, kursus-kursus, pelatihan-pelatihan dan pengajaran-pengajaran atau pengajian-pengajian khusus yang diselenggarakan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Memberikan peringatan dan koreksi kepada Idaroh dengan cara dan tujuan yang dapat dibenarkan menurut norma Agama, norma hukum dan norma kesusilaan
- Mendapat pembelaan dan pelayanan dari Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah.
BAB IV
DISIPLIN ANGGOTA
Pasal 5
Disiplin anggota :
- Menaati dan setia kepada Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga serta segala keputusan Idaroh
- Tidak diperbolehkan merangkap menjadi anggota organisasi lain yang mempunyai azas dan tujuan yang bertentangan dengan azas dan tujuan Jam’iyyah
- Tidak diperbolehkan merangkap jabatan menjadi sesame Pengurus Harian pada Jam’iyyah Nahdlatul Ulama atau Badan Otonomnya di setiap tingkatan
- Menaati dan setia kepada Guru Mursyid, Muqaddam atau sebutan lain di masing-masing thoriqoh.
BAB V
PEMBERHENTIAN KEANGGOTAAN
Pasal 6
Anggota berhenti karena :
- Mengundurkan diri atas permintaan sendiri dengan alasan yang wajar dan dapat diterima
- Diberhentikan karena melanggar disiplin keanggotaan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah setelah melalui proses yang dibenarkan menurut Jam’iyyah
- Diberhentikan karena berbuat sesuatu yang mencemarkan Agama Islam atau Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah.
BAB VI
SYARAT, KEWAJIBAN DAN SANKSI PENGURUS
Pasal 7
- Syarat Pengurus
- Telah berbaiat kepada salah satu aliran Thoriqoh
- Menyatakan kesediaan secara tertulis atau lisan untuk duduk pada kepengurusan dan menandatangani Baiat sebagai pengurus
- Menyatakan kesediaan secara tertulis untuk tidak menjadi fungsionaris Partai Politik
- Kewajiban Pengurus
- Mentaati Ajaran Thoriqoh
- Mentaati Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT)
- Menjalankan kewajiban sesuai dengan kedudukan dan jabatan
- Memenuhi kewajiban sesuai dengan baiatnya sebagai pengurus.
- Setiap pengurus yang melanggar atau tidak mentaati kewajiban di atas akan dikenakan sanksi sebagai berikut:
- Peringatan lisan
- Peringatan tertulis
- Pemberhentian dengan hormat
- Pemberhentian dengan tidak hormat.
Pasal 8
Idaroh Sya’afiyyah mengusulkan pemberhentian seorang anggota sebagaimana tersebut pada Pasal 6 kepada Idaroh Syu’biyyah atas rekomendasi Idaroh Ghusniyyah, kemudian Idaroh Syu’biyyah meneruskan ke Idaroh Aliyah atas rekomendasi dari Idaroh Wustho yang bersangkutan.
Pasal 9
Idaroh Aliyah mempunyai wewenang menskors atau memberhentikan langsung anggota Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah, setelah mendapat persetujuan Majlis Ifta’.
BAB VII
IDAROH SA’AFIYYAH
Pasal 10
Dalam suatu Desa atau Kelurahan apabila terdapat anggota Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah sedikitnya 15 orang maka dapat didirikan Idaroh Sa’afiyyah untuk Jawa-Madura dan 9 orang untuk luar Jawa.
Pasal 11
Idaroh Sa’afiyyah mempunyai susunan sebagai berikut :
- Ifadliyyah
- Rois dan Wakil sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
- Katib dan Wakil Katib sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
- Imdloiyyah
- Mudir dan Wakil Mudir sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
- Sekretaris dan Wakil Sekretaris sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
- AminusShuduq dan Wakil AminusShuduq sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
- Imdadiyyah dibentuk sesuai dengan kebutuhan sekurang-kurangnya terdiri dari 2 (dua) lajnah/lembaga.
Pasal 12
Idaroh Sa’afiyyah dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun oleh rapat anggota yang disahkan oleh Idaroh Syu’biyyah dengan rekomendasi Idaroh Ghusniyyah.
Pasal 13
Kewajiban Idaroh Sa’afiyah :
- Taat kepada Idaroh yang lebih tinggi
- Mengusahakan terlaksananya Azas dan Tujuan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Menyampaikan laporan tentang kegiatan dan perkembangan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah yang lebih tinggi
- Mencatat anggota dalam bentuk buku Induk
- Memberi bimbingan dan perlindungan kepada seluruh anggotanya
BAB X
IDAROH GHUSNIYYAH
Pasal 15
Di dalam satu kecamatan dapat didirikan Idaroh Ghusniyyah apabila sudah berdiri sedikit-sedikitnya 3 Idaroh Sa’afiyyah untuk Jawa-Madura dan 2 (dua) Idaroh Sa’afiyyah untuk luar Jawa.
Pasal 16
Pembentukan Idaroh Gusniyyah dilaksanakan oleh Idaroh Syu’biyyah yang bersangkutan.
Pasal 17
Idaroh Ghusniyyah mempunyai susunan Idaroh (pengurus) sebagai berikut :
- Majlis Ifta’ terdiri dari para Mursyid yang ada di wilayah kecamatan sekurang-kurangnya terdiri dari 5 (lima) orang apabila dalam satu kecamatan tidak terdapat Mursyid dari aliran Thoriqoh tertentu, sementara di wilayah tersebut terdapat pengamal aliran Thoriqoh Al Mu’tabarah tersebut maka kedudukannya dapat diisi oleh seorang ulama yang telah berbaiat pada aliran Thoriqoh tersebut.
- Ifadliyyah
- Rois dan Wakil Rois sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Katib dan Wakil Katib sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Imdlaiyyah
- Mudir dan Wakil Mudir sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Sekretaris dan Wakil Sekretaris sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Aminusshunduq dan Wakil Aminusshunduq sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
- Imdadiyyah sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) lembaga.
BAB X
IDAROH GHUSNIYYAH
Pasal 18
Idaroh Ghusniyyah dipilih untuk masa jabatan 4 (empat) tahun oleh musyawarah Ghusniyyah dan disahkan oleh Idaroh Syu’biyyah dan tembusannya disampaikan kepada Idaroh Wustho yang bersangkutan dan Idaroh Aliyah
BAB XI
KEWAJIBAN IDAROH GHUSNIYYAH
Pasal 19
Kewajiban Idaroh Ghusniyyah :
- Menaati dan setia kepada semua Idaroh yang lebih tinggi
- Mengusahakan terlaksananya Azas dan Tujuan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Melaksanakan kebijaksanaan Idaroh yang lebih atas
- Membimbing dan membina anggota di wilayahnya, agar tidak kemasukan Thoriqoh Bathiliyyah
- Melaporkan kegiatan dan perkembangan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah serta hal-hal lain kepada Idaroh diatasnya dengan cara dan tujuan yang dapat dibenarkan menurut norma Agama, norma hukum dan norma kesusilaan.
BAB XII
HAK IDAROH GHUSNIYYAH
Pasal 20
Hak Idaroh Ghusniyyah adalah :
- Membuat keputusan atau ketetapan yang tidak bertentangan dengan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga (PD/PRT)
- Menghadiri musyawarah / pertemuan yang diselenggarakan oleh Idaroh Syu’biyyah
- Menyampaikan usul dan pendapat kepada Idaroh di atasnya dengan cara dan tujuan yang dapat dibenarkan menurut norma Agama, norma hukum, dan norma kesusilaan.
BAB XIII
BERDIRINYA IDAROH SYU’BIYYAH
Pasal 21
Dalam suatu baik Kabupaten atau Kota atau yang disamakan dengannya dapat didirikan Idaroh Syu’biyyah, apabila sudah berdiri sekurang-kurangnya 3 (tiga) Idaroh Ghusniyyah untuk Jawa-Madura dan 2 (dua) Idaroh Ghusniyyah untuk di luar Jawa-Madura.
Pasal 22
- Permohonan untuk mendirikan Idaroh Syu’biyyah disampaikan Kepada Idaroh Aliyah setelah mendapat rekomendasi dari Idaroh Wustho yang bersangkutan.
- Dalam hal Idaroh Wustho dimaksud sedang mengalami masalah, maka Idaroh Syu’biyyah dapat berkonsultasi langsung dengan Idaroh Aliyah dan/atau berkonsultasi dengan Syuriyah NU setempat.
Pasal 23
Idaroh Syu’biyyah memiliki susunan sebagai berikut :
- Majlis Ifta’ terdiri dari para mursyid yang ada pada Wilayah Kabupaten sekurang-kurangnya 6 (enam) orang apabila dalam satu kecamatan tidak terdapat Mursyid dari aliran Thoriqoh tertentu, sementara di wilayah tersebut terdapat pengamal aliran Thoriqoh Al Mu’tabaroh tersebut maka kedudukannya dapat diisi oleh seorang ulama yang telah berbaiat aliran Thoriqoh itu.
- Ifadliyyah
- Mudir dan Wakil Mudir sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Sekretaris dan Wakil Sekretaris sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Imdhoiyyah
- Mudir dan Wakil Mudir sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Sekretaris dan Wakil Sekretaris sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Aminus Shunduq dan Wakil Aminus Shunduq sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
- Imdadiyyah sekurang-kurangnya terdiri dari 4 lajnah dan/atau lembaga
Pasal 24
Idaroh Syu’biyyah dipilih untuk masa jabatan 4 (empat) tahun oleh Musyawarah Syu’biyyah dan disahkan oleh Idaroh Aliyyah setelah mendapatkan rekomendasi dari Idaroh Wustho yang bersangkutan.
BAB XIV
KEWAJIBAN IDAROH SYU’BIYYAH
Pasal 25
Idaroh Syu’biyyah berkewajiban :
- Menaati dan setia kepada Idaroh yang lebih tinggi
- Mengusahakan terlaksananya Azas dan Tujuan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Memberi laporan kepada Idaroh Wustho dan Idaroh Aliyah tentang kegiatan dan perkembangan serta hal-hal yang berkaitan dengan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Menyelenggarakan pengajian khusus (Thoriqoh) atau umum (Syari’ah) atau semacamnya (istighosah) dan sebagainya
- Menampung semua penganut bermacam-macam aliran Thoriqoh dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Membimbing dan membina anggota Thoriqoh yang ada di daerahnya agar tidak kemasukan Thoriqoh Bathiliyyah
- Mengadakan pendekatan-pendekatan kepada orang atau pihak yang mengaku guru Thoriqoh Mu’tabarah yang dianggap belum memenuhi persyaratan, dengan cara-cara yang bijaksana
- Memberi Idaroh Ghusniyyah dan Idaroh Sa’afiyyah yang ada di wilayahnya.
BAB XV
HAK IDAROH SYU’BIYYAH
Pasal 26
Idaroh Syu’biyyah berhak :
- Mengusulkan pengangkatan/pemberhentian anggotanya kepada Idaroh Aliyyah lewat Idaroh Wustho
- Membuat keputusan/peraturan yang tidak bertentangan dengan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga.
- Menyampaikan usul dan pendapat kepada Idaroh di atasnya dengan cara dan tujuan yang dapat dibenarkan menurut norma Agama, norma hukum dan norma kesusilaan.
BAB XVI
IDAROH WUSTHO
Pasal 27
Di dalam daerah propinsi atau Daerah Istimewa dan Daerah Khusus Ibukota dan atau daerah yang disamakan, dapat didirikan Idaroh Wustho Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah, apabila dapat mendirikan sedikitnya 5 (lima) Idaroh Syu’biyyah untuk se-Jawa-Madura dan 3 (tiga) Idaroh Syu’biyyah luar Jawa dan pengesahan Idaroh Wustho disampaikan kepada Idaroh Aliyah.
Pasal 28
Idaroh Wustho mempunyai susunan sebagai berikut :
- Majlis Ifta’ terdiri dari para Mursyid yang ada pada wilayah kabupaten sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang apabila dalam satu kecamatan tidak terdapat Mursyid dari aliran Thoriqoh tertentu, sementara di wilayah tersebut terdapat pengamal aliran Thoriqoh Al Mu’tabarah tersebut maka kedudukannya dapat diisi oleh seorang ulama yang telah berbaiat pada aliran Thoriqoh tersebut.
- Ifadliyyah
- Rois dan Wakil Rois sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang
- Katib dan Wakil Katib sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang
- Imdhoiyyah
- Mudir dan Wakil Mudir sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang
- Sekretaris dan Wakil Sekretaris sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang
- Aminusshunduq dan Wakil Aminusshunduq sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Imdadiyyah sekurang-kurangnya terdiri dari 5 (lima) lajnah dan/atau lembaga
Pasal 29
Idaroh Wustho dipilih untuk masa jabatan 5 (lima) tahun oleh Musyawarah Idaroh Wustho dan disahkan oleh Idaroh Aliyyah.
BAB XVII
HAK IDAROH WUSTHO
Pasal 30
Hak Idaroh Wustho :
- Membuat keputusan/peraturan kebijaksanaan yang tidak bertentangan dengan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga
- Menghadiri musyawarah/pertemuan yang diselenggarakan oleh Idaroh Aliyah
- Memberikan sumbangan pikiran dan pendapat kepada Idaroh Aliyyah demi kemajuan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh dengan cara dan tujuan yang dapat dibenarkan menurut norma Agama, norma hukum dan norma kesusilaan.
BAB XVIII
KEWAJIBAN IDAROH WUSTHO
Pasal 31
Idaroh Wustho memiliki kewajiban :
- Menaati dan setia kepada Idaroh Aliyah
- Memimpin, mengawasi, mengusahakan dan menjalankan terlaksananya azas dan tujuan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Memberi laporan kepada Idaroh Aliyah tentang kegiatan dan perkembangan serta hal lain yang berkaitan dengan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
- Menyelenggarakan pengajian khusus (thoriqoh), umum (Syari’ah) atau semacamnya (Isthoghosah) dan sebagainya
- Menampung semua penganut aliran Thoriqoh dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah di daerahnya
- Membimbing dan membina Thoriqoh yang ada didaerahnya agar tidak kemasukan Thoriqoh Bathiliyyah
- Mengadakan pendekatan-pendekatan kepada orang yang mengaku guru Thoriqoh Mu’tabarah yang dianggap belum memenuhi syarat dengan cara yang bijaksana
- Membina Idaroh Syu’biyyah maupun Idaroh Ghusniyyah dalam wilayah kerjanya
- Melaksanakan keputusan muktamar maupun keputusan lain dari Idaroh Aliyah
BAB XIX
IDAROH ALIYAH
Pasal 32
Idaroh Aliyyah adalah pucuk Pimpinan (pengurus pusat) Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
Pasal 33
Idaroh Aliyyah dipilih untuk masa jabatan 5 (lima) tahun oleh Muktamar Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
Pasal 34
- Majlis Ifta’ terdiri dari perwakilan Mursyid pada masing-masing aliran Thoriqoh Al Mu’tabarah dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah dengan kewenangan sebagai berikut :
- Keputusan majlis Ifta’ mengikat secara organisatoris bagi Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah dalam semua tingkatan
- Majlis Ifta’ dapat meninjau keputusan hasil Muktamar, atau musyawarah atau keputusan Idaroh apabila dipandang berlawanan dengan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga serta kaidah-kaidah Thariqiyah
- Majlis Ifta’ memiliki kewenangan untuk meneliti dan membatalkan keberadaan mursyid Badal/Khalifah maupun aliran-aliran thoriqoh yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah Thoriqoh Mu’tabarah
- Ifadliyyah
- Rois Am dan Wakil Rois Am dan beberapa Rois sebanyak-banyaknya 9 (Sembilan) orang
- Katib Am dan Wakil Katib Am dan beberapa Katib sebanyak-banyaknya 9 (Sembilan) orang
- Imdloiyyah
- Mudir Am dan Wakil Mudir Am dan beberapa Mudir sebanyak-banyaknya 9 (Sembilan) orang
- Sekretaris Am dan Wakil Sekretaris Am sebanyak-banyaknya 9 (Sembilan) orang
- Aminus Shunduq Am dan Wakil Aminus Shunduq Am dan beberapa Aminus Shunduq sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang
- Imdadiyyah terdiri dari 6 lembaga-lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi khusus untuk pelaksanaan program-program Idaroh, pembentukan lembaga atas dasar keputusan Idaroh Aliyah
- Lembaga (lajnah) Imdadiyyah pada Idaroh Aliyyah sekurang-kurangnya terdiri dari :
- Lajnah Tashkhish Kutub Thoriqiyah
- Lajnah Rabitah Ma’ahid Thoriqiyah
- Lajnah Ta’lif Wannasyer Thoriqiyah
- Lajnah Ekonomi (Iqtishodiyah)
- Lajnah Hubungan Luar Negri (Muwasholah)
- Lajnah Manajemen dan Pengembangan SDM Thoriqoh Nahdliyyah (Wathonah)
- Lajnah Mahasiswa Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (MATAN)
- Lajnah Pendidikan Thoriqoh
- Lajnah Dakwah dan Dzikir
- Lajnah Maktabud Da’imi li Silsilatith Thoriqiyyah wa Tarikhiha
- Lajnah Pertanahan Wakaf dan Ziro’ah
- Lajnah Advokasi dan Bantuan Hukum
BAB XX
KEWAJIBAN IDAROH ALIYAH
Pasal 35
Kewajiban Idaroh Aliyah :
- Melaksanakan keputusan-keputusan/amanat Muktamar dan keputusan Musyawarah kubro termasuk melaksanakan azas dan tujuan berikut Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah dan melaksanakan program kerja serta melaksanakan dan menindak lanjuti/menyampaikan rekomendasi dan memantau realisasinya.
- Memberikan bimbingan dan petunjuk serta kebijakan kepada semua Idaroh di bawahnya baik dengan rapat, intruksi, petunjuk pelaksanaan tugas, dan lain sebagainya.
- Menyelenggarakan Muktamar dan Musyawarah Kubro dengan membentuk panitia dan membuat rancangan tata tertib Muktamar dan Musyawarah Kubro dan mengundang pesertanya.
BAB XXI
HAK IDAROH ALIYAH
Pasal 36
Hak Idaroh Aliyah :
- Membuat peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi serta petunjuk pelaksanaan yang tidak bertentangan dengan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah.
- Mengusahakan berdirinya Idaroh Wustho dan Idaroh Syu’biyyah di daerah-daerah yang dipandang perlu untuk mengangkat dan mengesahkan ke-Idarohannya.
- Mengangkat, memberhentikan dan menonaktifkan anggota Idaroh di bawahnya yang melanggar disiplin Jam’iyyah.
BAB XXII
Pemberhentian Anggota Idaroh
Pasal 37
Anggota Idaroh berhenti disebabkan :
- Meninggal dunia
- Atas permintaan diri sendiri dengan alasan yang wajar dan dapat diterima
- Tidak menjalankan tugas atau telah melalaikan tugasnya sebagai Idaroh
- Menodai atau mencemarkan Agama Islam / Jam’iyyah / melanggar disiplin anggota
- Habis masa jabatan / demisioner
BAB XXIII
JENIS-JENIS PERMUSYAWARATAN
Pasal 38
Permusyawaratan di dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah terdiri atas :
- Muktamar
- Musyawarah Kubro dan/atau Istighosah Kubro Idaroh Aliyah
- Musyawarah Idaroh Wustho
- Musyawarah Idaroh Syu’biyyah
- Musyawarah Idaroh Ghusniyyah
- Musyawarah Idaroh Sa’afiyyah
- Musyawarah Kerja Idaroh Wustho
- Musyawarah Kerja Idaroh Syu’biyyah
- Musyawarah Kerja Idaroh Ghusniyyah
- Musyawarah Kerja Idaroh Sa’afiyyah
Pasal 39
- Musyawarah Idaroh Wustho yang berwenang
- Menilai Laporan Pertanggung jawaban Idaroh Wustho
- Membahas Masail Thoriqiyyah
- Menetapkan keputusan-keputusan yang dianggap perlu
- Menetapkan/memilih Idaroh Wustho yang dipimpin oleh Idaroh Aliyah
- Materi Musyawarah Idaroh Wustho disiapkan oleh Idaroh Wustho
- Musyawarah Idaroh Wustho dipimpin oleh Idaroh Wustho yang bersangkutan
- Dalam kondisi tertentu Idaroh Aliyah dapat memimpin musyawarah pada tingkatan Idaroh di bawahnya.
Pasal 40
Musyawarah Kerja Idaroh Wustho berwenang sebagaimana Pasal 39 ayat 1 huruf a, b, c, dan d kecuali memilih dan menetapkan Pengurus Idaroh Wustho
Pasal 41
- Musyawarah Idaroh Syu’biyyah berwenang :
- Menilai laporan pertanggung jawaban Idaroh Syu’biyyah
- Membahas Masa’il Diniyyah terutama Thariqiyyah
- Menetapkan Keputusan-Keputusan lain yang dianggap perlu
- Memilih menetapkan Idaroh Syu’biyyah yang dipimpin oleh Idaroh Wustho
- Rancangan Materi Musyawarah Idaroh Syu’biyyah dan Tata tertibnya disiapkan oleh Idaroh Syu’biyyah
- Musyawarah Idaroh Syu’biyyah dipimpin oleh Idaroh Syu’biyyah yang bersangkutan
Pasal 42
Musyawarah Idaroh Syu’biyyah berwenang sebagaimana pasal 41 ayat 1 huruf a, b, c, dan d kecuali memilih dan menetapkan Pengurus Idaroh Syu’biyyah
Pasal 43
- Musyawarah Idaroh Ghusniyyah berwenang :
- Menilai laporan pertanggung jawaban Idaroh Ghusniyyah
- Membahasa Masa’il Thariqiyyah
- Memilih dan menetapkan Idaroh Ghusniyyah yang dipimpin oleh Idaroh Syu’biyyah
- Menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu
- Rancangan Materi Musyawarah Idaroh Ghusniyyah dan Tata Tertibnya disiapkan oleh Idaroh Ghusniyyah
- Musyawarah Idaroh Ghusniyyah dipimpin oleh Idaroh Ghusniyyah yang bersangkutan
Pasal 44
Musyawarah Idaroh Ghusniyyah berwenang sebagaimana Pasal 43 ayat 1 huruf a, b, c dan d kecuali memilih dan menetapkan Pengurus Idaroh Ghusniyyah
Pasal 45
- Musyawarah Idaroh Sa’afiyyah berwenang :
- Menilai laporan pertanggung jawaban Idaroh Sa’afiyyah
- Membahas Masa’il Thariqiyyah
- Memilih dan menetapkan Idaroh Sa’afiyah yang dipimpin oleh Idaroh Ghusniyyah
- Menetapkan keputusan-keputusan lain yang dianggap perlu
- Materi musyawarah Idaroh Sa’afiyyah oleh Idaroh Sa’afiyyah
- Musyawarah Idaroh Sa’afiyyah dipimpin oleh Idaroh Sa’afiyyah
Pasal 46
Musyawarah kerja Idaroh Sa’afiyyah berwenang sebagaimana Pasal 45 ayat 1 huruf a, b, c, dan d kecuali memilih dan menetapkan pengurus Idaroh Sa’afiyyah
BAB XXIV
MUKTAMAR, MUSYAWARAH KUBRO, DAN ISTIGHOSAH KUBRO
Pasal 47
- Muktamar selambat-lambatnya diadakan 5 (lima) tahun sekali
- Peserta muktamar terdiri dari Idaroh Aliyah, Idaroh Wustho, Idaroh Syu’biyyah dan undangan khusus
- Muktamar dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya seperdua lebih satu dari jumlah Idaroh yang ada
- Muktamar diatur dengan tata tertib dan peraturan tersendiri
- Undangan Muktamar dikeluarkan oleh Idaroh Aliyah
- Pelaksanaan Muktamar oleh Idaroh Aliyah, dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Idaroh Aliyah
- Segala materi Muktamar dibuat oleh Idaroh Aliyah
Pasal 48
- Musyawarah Kubro adalah permusyawaratan tinggi setelah Muktamar di dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah
- Musyawarah Kubro juga dikenal dengan Musyawarah Nasional Idaroh Aliyah diadakan minimal sekali antara dua Muktamar
- Perserta Musyawarah Kubro Idaroh Aliyah terdiri atas Idaroh Aliyah, Idaroh Wustho, Idaroh Syu’biyyah dan mandat khusus
- Musyawarah Kubro Idaroh Aliyah dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya seperdua lebih satu dari jumlah yang ada
- Musyawarah Kubro Idaroh Aliyah diatur dengan peraturan tata tertib tersendiri
- Undangan Musyawarah Kubro Idaroh Aliyah dikeluarkan oleh Idaroh Aliyah
- Pelaksanaan Musyawarah Kubro Idaroh Aliyah dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Idaroh Aliyah
- Segala materi musyawarah kubro Idaroh Aliyah dibuat oleh Idaroh Aliyah
Pasal 49
- Istighosah Kubro Idaroh Aliyah merupakan permusyawaratan tinggi setelah Muktamar di dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah
- Kedudukan hukum Istighosah Kubro Idaroh Aliyah sama dengan Musyawarah Kubro Idaroh Aliyah
- Istighosah Kubro Idaroh Aliyah diadakan minimal sekali antara dua Muktamar
- Peserta Istighosah Kubro Aliyah terdiri atas Idaroh Aliyah, Idaroh Wustho, Idaroh Syu’biyyah dan mandate khusus
- Istighosah Kubro Idaroh Aliyah dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya seperdua lebih satu dari jumlah yang ada
- Istighosah Kubro Idaroh Aiyah diatur oleh Idaroh Aliyah
- Pelaksanaan Istighosah Kubro Idaroh Aliyah dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Idaroh Aliyah
- Segala Materi Istighosah Kubro Idaroh Aliyah dibuat oleh Idaroh Aliyah
BAB XXV
HAK SUARA
Pasal 50
- Idaroh Aliyah , Idaroh Wustho dan Idaroh Syu’biyyah masing-masing mempunyai satu suara dalam Muktamar, Musyawarah Kubro dan/atau Istighosah Kubro
- Idaroh Wustho dan Idaroh Syu’biyyah masing-masing mempunyai satu suara dalam Musyawarah Idaroh Wustho
- Idaroh Syu’biyyah dan Idaroh Ghusniyyah masing-masing mempunyai satu suara dalam Musyawarah Idaroh Wustho
- Idaroh Syu’biyyah dan Idaroh Ghusniyyah masing-masing mempunyai satu suara dalam Musyawarah Idaroh Ghusniyyah
- Dalam Musyawarah Idaroh Sa’afiyyah masing-masing anggota mempunyai hak suara
Pasal 51
Penggunaan suara yang dimaksud dalam Pasal 49 diatur sendiri pada tata tertib musyawarah.
BAB XXVI
STEMPEL DAN PAPAN NAMA
Pasal 52
Bentuk ukuran stempel, bendera dan papan nama Idaroh diatur tersendiri
BAB XXVIII
SURAT MENYURAT
Pasal 53
- Surat Menyurat Idaroh Aliyah yang keluar dari Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah ke jenjang di bawahnya ditanda tangani oleh Rois Am, Katib Am, Mudir Am dan Sekretaris Jenderal.
- Demi kelancaran, kefektifan dan dalam merawat martabat Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah, Ro’is Am dapat mengambil kebijakan tentang mekanisme dan pola administrasi Idaroh Aliyah yang keluar dari Jam’iyyah di bawahnya atau kepada Dinas/Instansi lain.
- Surat menyurat Idaroh Aliyah yang ke dalam organisasi (pelaksanaan harian) ditanda tangani oleh Mudir Am dan Sekretaris Jenderal, kecuali apabila menurut sifatnya sangat penting, maka mengacu pada ayat 1 Pasal ini.
- Surat-surat Idaroh Aliyah yang berhubungan dengan keuangan ditanda tangani oleh Ro’is Am, Katib Am, Mudir Am, Sekretasris Am dan Aminusshunduq Am.
Pasal 54
Surat menyurat Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah untuk Idaroh dibawahnya menyesuaikan dengan Pasal 52 Peraturan Rumah Tangga di atas.
BAB XXVIII
KEUANGAN
Pasal 55
- Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah dibiayai dengan usaha :
- Pemungutan uang pangkal dan iuran anggota/I’anah
- Mendapatkan sumbangan/bantuan dari pihak lain secara halal dan tidak mengikat
- Usaha halal termasuk usaha ekonomi dan perdagangan
- Pembagian uang pangkal dan iuran/I’anah diatur dengan Surat Keputusan Idaroh Aliyah
BAB XXIX
PENUTUP
Pasal 56
Apabila dalam suatu wilayah Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, atau sebutan lain belum terbentuk Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah maka pembentukan difasilitasi oleh Idaroh diatasnya bekerjasama dengan Syuriah NU pada tingkatan masing-masing.
Pasal 57
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Rumah Tangga Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah akan ditentukan oleh Idaroh Aliyah.
Pasal 58
Peraturan Rumah Tangga Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyah ini hanya dapat diubah oleh Muktamar.
Ditetapkan di : Pekalongan-Jawa Tengah
Tanggal : 1 Jumadil Awwal 1439 H / 18 Februari 2018
Tertanda
Ketua Sidang
Dr. KH. Mashudi, M.Ag.
Sekretaris Sidang
Prof. Dr. KH. Abdul Hadi, M.A
