Connect with us

Pedoman Dasar

MUQADDIMAH

Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh aI-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah merupakan organisasi keagamaan sebagai wadah pengamal ajaran Thoriqoh aI-Mu’tabaroh, yang merupakan salah satu pilar dari ajaran Islam ala Ahlussunah wal Jama’ah yang telah dirintis dan dikembangkan oleh para shalafusshalihin, yang bersumber dan Rasulullah SAW., Malalkat Jlbrll AS. atas petunjuk Allah SWT. dengan sanad yang muttashil.

Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah merupakan satu sarana bagi para Mursyidin/Khalifah, untuk lebih mengefektifkan pembinaan terhadap para murid yang telah berbaiat sekaligus sebagai forum untuk menjalin ukhuwah antar sesame penganut ajaran Thoriqoh dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan dan keikhlasan di dalam amaliyah ubudiyyah serta meningkatkan rabithah terhadap guru Mursyid/Khalifah.

Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah memiliki konsep yang senafas dengan konsep dan gagasan kemerdekaan Republik Indonesia dalam membangun generasi bangsa yaitu membangun manusia dan jiwa/ruhiyah dengan memperbaiki akhlaq, keimanan, ketakwaan dan baru kemudian membangun fisik/jasmaniyyah. Namun demikian dalam ajaran Thoriqoh Al Mu’tabarah tetap menjaga keseimbangan antara syariat, thariqat, haqiqat dan ma’rifat yaitu ajaran Islam tentang Iman, Islam dan Ihsan sebagai sistem pemahaman, penghayatan, pengamalan Islam yang menyeluruh.

Oleh karena itu Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah disamping memiliki komitmen untuk terus meningkatkan hubungan langsung kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala juga memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap permasalahan umat dalam rangka membangun bangsa dan Negara yang lebih maju, modern, bersatu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tumbuh sebagai bangsa yang beriman, bertaqwa serta berakhlaq mulia melalui proses pembinaan yang terus menerus, pengamalan Takhalli, Tahalli dan Tajalli.

Keberadaan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah adalah perwujudan dari pelaksanaan ajaran Islam Ala Ahlussunnah Waljamaah secara konsisten yang menjadi faham Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

Untuk itu dengan tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan selalu memohon ridla-Nya, maka disusunlah Peraturan Dasar Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah.


BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Dasar ini, yang dimaksud dengan :

  1. Jam’iyyah adalah Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah
  2. Thoriqoh adalah cara atau metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Swt. Melalui tahapan-tahapan/maqamat.
  3. Idaroh adalah kepengurusan usaha mengatur dengan baik suatu organisasi, baik kecil maupun besar.
  4. Idaroh Aliyah adalah kepengurusan usaha mengatur dengan baik Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah di tingkat pusat.
  5. Idaroh Wustho adalah kepengurusan usaha mengatur dengan baik Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah di tingkat provinsi.
  6. Idaroh Syu’biyah adalah kepengurusan usaha mengatur dengan baik Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah di tingkat Kabupaten/Kota.
  7. Idaroh Gusniyah adalah kepengurusan usaha mengatur dengan baik Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah di tingkat Kecamatan.
  8. Idaroh Sa’afiyah adalah kepengurusan usaha mengatur dengan baik Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah di tingkat Desa/Kelurahan.
  9. Muktamar adalah sebuah pertemuan / permusyawaratan tertinggi yang diadakan oleh Pimpinan Pusat Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah, di mana pertemuan ini akan dihadiri oleh para wakil organisasi tersebut untuk mengambil keputusan mengenai suatu permasalahan yang sedang dihadapi bersama di dalam organisasi tersebut.
  10. Musyawarah Kubro adalah istilah lain dari Musyawarah Nasional (Munas) dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah yang diselenggarakan minimal sekali dalam setahun.
  11. Istighotsah kubro adalah istilah lain dari Musyawarah Nasional (Munas) dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah yang diselenggarakan minimal sekali dalam lima tahun dan kedudukannya sama dengan Musyawarah Nasional (Munas). Istighotsah Kubro diperuntukkan bagi Idaroh Wustho yang karena keterbatasan waktu tidak mendapatkan peluang untuk ditempati Munas.

BAB II
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 2

          Organisasi agama ini bernama Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (disingkat JATMAN) yang merupakan satu-satunya wadah bagi para pengamal ajaran Thoriqoh yang menjadi badan otonom Jam’iyah Nahdlatul Ulama.

Pasal 3

Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah didirikan pada tanggal 20 Robi’ul Awwal 1377 H. bertetapan pada tanggal 10 Oktober 1957 M. Di PonPes Tegalrejo Magelang Jawa Tengah, disahkan oleh Muktamar NAHDLATUL ULAMA XXVI di Semarang bulan Rajab 1399 H. bertepatan bulan Juni 1979 M. sebagai badan otonom Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’ dengan Surat Keputusan PBNU Nomor : 137/Syur/.PB./V/1980.

Pasal 4

Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

BAB II
AZAS

Pasal 5

Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah adalah Organisasi Thoriqoh yang berazaskan Islam Ala Ahlussunah wal Jama’ah dengan menganut salah satu dari madzhab 4 (empat): Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali dalam bidang fiqih; menganut ajaran Al As’ariyah dan Maturidiyah dalam bidang aqidah; dan menganut faham Al Khusyairi, Hasan Al Basri, Al-Junaidi Al Baghdadi, dan Al Ghazali dan sesamanya dalam bidang Tasawuf/Thoriqoh.


BAB III
SIFAT DAN TUJUAN

Pasal 6

Sifat Ajarah Thoriqoh Al Mu’tabarah adalah :

  1. Universal artinya : thoriqoh memiliki sifat yang mendunia melampaui batas-batas wilayah batas-batas wilayah dan negara karena tiap-tiap aliran Thoriqoh walaupun diamalkan oleh tiap-tiap warga negara tetapi secara sanad masing-masing masih berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
  2. Sifat menyeluruh artinya pelaksanaan ajaran Thoriqoh sekaligus meliputi pelaksanaan al- Aqidah, al-Syariah, al-Muamalah, dan al-Akhlaqul karimah yang bertujuan untuk Wushul Ila Allah.
  3. Setiap pengamal thoriqoh harus terbimbing oleh para Musyid sesuai dengan thoriqohnya masing-masing berdasarkan kitab-kitab yang muktabar.
  4. Shidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah sebagai cahaya pancaran dari baginda nabi yang seharusnya mewarnai setiap anggota Thoriqoh, sehingga dari sifat-sifat tersebut dapat melahirkan sifat handarbeni dan menghargai segala pemberian hak individu dari lingkup yang kecil sampai yang besar baik yang diberikan oleh Allah SWT maupun pemberian oleh sebab manusia.

Pasal 7

Tujuan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah adalah :

  1. Al Wushul Ila Allah, thoriqoh adalah tidak semata-mata bentuk amalan bacaan atau dzikir untuk mencari pahala tetapi Thoriqoh bertujuan membentuk manusia seutuhnya, lahiriyah bathiniyah, yang bisa mengembangkan dan merasa didengar dan dan dilihat oleh Allah, atas dirinya sehingga dapat memiliki sikap/rasa al Hauf, ar Raja’, as Shidiq, Al Mahabbah, Al Wara’, Az Zuhud, As Syukur, As Shabar, Al Khaya’ dan Al Khusyu’.
  2. Mengupayakan berlakunya Syari’at Islam Ala Ahlussunah wal-Jama’ah secara konsisten dalam bidang syari’at, Thoriqot, Hakikat dan Ma’rifat ditengah masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  3. Menyebarluaskan dan mengajarkan ajaran Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah melalui kegiatan-kegiatan khususiyyah Thariqiyyah/Tawajjuhan.
  4. Meningkatkan dan memelihara ukhuwah Thariqiyyah Nahdliyyah sesama pengamal thoriqoh, melalui sikap tasyammuh antar aliran-aliran thoriqoh.
  5. Meningkatkan ilmu nafi’ dana mal sholeh dhohir dan bathin menurut Ulama Shalihin dengan bai’at yang shoheh.

BAB IV
LAMBANG

Pasal 8

Lambang Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah diatur tersendiri:

  1. Lambang Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah berupa gambar bola dunia dilingkari tali bersimpul dan dikitari 5 (lima) bintang terletak diatas gambar bola dunia, 4 (empat) bintang terletak di bawah gambar bola dunia dan diatas sendiri bertuliskan ayat Al-Qur’an didalam dilingkari tali terpancang gambar ka’bah yang diatasnya dikelilingi gambar kitab sebanyak 45 (empat puluh lima) dan terdapat tulisan arab Al Mu’tabarah An Nahdliyyah semua ditulis dengan warna putih dan dasar hijau.
  2. Lambang diatur dengan peraturan sendiri.

BAB V
USAHA

Pasal 9

        Di bidang agama, mensyi’arkan dan mempergiat pelaksanaan ajaran Islam utamanya mu’taqad Islam menurut faham Ahlussunah wal Jama’ah.

Pasal 10

        Di bidang akhlak, mengembangkan Takholli, Tahalli dan Tajjali dalam rangka tercapainya akhlaqul karimah.

Pasal 11

        Di bidang ukhuwwah Islamiyah, Wathaniyyah, Basyariyyah dan Thariqiyyah mempererat dan memperkuat tali persaudaraan sesama peganut dan pengamal ajaran Thoriqoh utamanya hubungan antara Mursyid/Muqaddam, Khalifah, Badal dan Muridin/Muridat.

Pasal 12

        Di bidang sosial, mensosialkan thoriqoh ditengah masyarakat dengan menghindari terjadinya konflik-konfilik yang disebabkan karena khilafiyah dan segala sesuatu yang memberaktan bagi para penganut thoriqoh.

Pasal 13

        Di bidang syari’at dan thoriqoh, mengusahakan tercapainya Asy-syari’atil Ghourok wath-Thoriqotil Baidlo’, yakni syari’at Islam ala Ahlusunah wal Jama’ah dan thoriqoh yang sanadnya sampai kepada Rasulullah.

Pasal 14

        Di bidang pendidikan dan dakwah, meingkatkan amar ma’ruf dan nahi mungkar kepada umat dengan hikmah dan mau’idloh hasanah dengan menghindari upaya kekerasan.

Pasal 15

        Di bidang kebangsaan, meningkatkan kecintaan terhadap tanah air dengan menjaga tetap tegaknya Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Undang-Undang Dasar 1945.


BAB VI
KE-ANGGOTA-AN

Pasal  16

        Setiap Muslim yang berpaham Ahlusunah wal Jama’ah dapat menjadi anggota dengan ketentuan :

  1. Sudah bai’at thoriqoh di hadapan guru Mursyid/Muqoddam atau yang sudah dapat diperkenankan membai’at.
  2. Menyatakan persetujuan akan azas dan tujuan serta sanggup mentaati Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah.

Pasal 17

Ketentuan lebih lanjut tentang keanggotaan diatur dalam Peraturan Rumah Tangga Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Muktabarah An Nahdliyyah.


BAB VII
IDAROH / KEPENGURUSAN

Pasal 18

Idaroh/Kepengurusan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah terdiri dari Idaroh Aliyah, Idaroh Wustho, Idaroh Syu’biyah, Idaroh Ghusniyyah dan Idaroh Sa’afiyah yang meliputi Majlis Ifta’, Ifadlliyyah, Imdla’iyyah, dan Imdadiyyah.

Pasal 19

Majlis Ifta’ adalah badan tertinggi dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Muktabarah An Nahdliyyah yang anggotanya terdiri dari para mursyid dari masing-masing perwakilan Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah se Indonesia yang secara ex of oficio Rais Am/Rois sebagai ketua majlis Ifta’.

Pasal 20

        Ifadliyyah adalah lembaga dibawah Majlis Ifta’ yang bertugas untuk memberikan pengarahan dan pengawasan dalam bidang Thoriqiyyah serta garis-garis kebijakan kepada Imdhaiyyah dan Imdadiyyah

Pasal 21

        Imdlaiyyah adalah badan eksekutif (pelaksana) harian Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah

Pasal 22

        Imdadiyyah adalah badan pembantu untuk melancarkan program Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah yang dibentuk sesuai kebutuhan

Pasal 23

        Tingkat-tingkat Idaroh Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah terdiri :

  1. Idaroh Aliyah untuk tingkat pusat
  2. Idaroh Wustho untuk tingkat Propinsi/Daerah Istimewa/Khusus
  3. Idaroh Syu’biyyah untuk tingkat kabupaten/kota
  4. Idaroh Ghusniyyah untuk Tingkat Kecamatan
  5. Idaroh Sa’afiyyah untuk Tingkat Desa dan Kelurahan

Pasal 24

Idaroh sebagaimana tersebut dalam pasal 23 dipilih dan diangkat atau diberhentikan atasn keputusan Muktamar, Musyawarah atau rapat anggota sesuai dengan tingkat masing-masing

Pasal 25

Masa khidmah Idaroh Aliyah dan Idaroh Wustho 5 (lima) tahun; Masa Idaroh Syu’biyah dan Idaroh Ghusniyyah 4 (empat) tahun dan Masa khidmah Idaroh Sa’afiyyah 3 (tiga) tahun.


BAB VIII
GURU MURSYID / MUQODDAM

Pasal 26

Seorang dapat disebut sebagai Mursyid apabila:

  1. Telah menerima pengangkatan sebagai Mursyid/Khalifah dari mursyid yang memiliki kewenangan untuk itu dengan disertai silsilah sanad yang sampai kepada Rosulullah
  2. Ada saksi ketika menerima kemursyidan dan lebih sempurna apabila bukti tersebut dibuat secara tertulis.

Pasal 27

Setiap Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah harus mempunyai guru Mursyid/Muqoddam yang mempunyai wewenang :

  1. Menyelenggarakan Bai’at/Talqin/Ijazah
  2. Memberikan fatwa dan irsyad (petunjuk) kepada Muridin dan Muridat di bidang thoriqoh, aqidah dan syariat
  3. Mengangkat Khalifah Sughra/Kubra/Badal/Imam-imam
  4. Melakukan bimbingan Ibadah/Aurat Khushusy, apabila dianggap perlu

Pasal 28

Setiap Guru Mursyid/Muqoddam atau sebutan lain dalam aliran thoriqoh yang tergabung dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah harus memiliki kepedulian terhadap kelangsungan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah.


BAB IX
PENGISIAN LOWONGAN JABATAN ANTAR WAKTU

Pasal 29

            Apabila terjadi kekosongan jabatan sebagai akibat pengurus wafat atau lainnya, maka lowongan tersebut diisi oleh pengurus/pejabat yang disetujui oleh Majlis Ifta’ atau Majlis Ifta’ mengangkat pengurus/pejabat sementara yang dalam pengangkatannya dihadiri oleh Pengurus Harian (Ifadliyyah dan Imdlaiyyah) sampai diselenggarakan Muktamar/Musyawarah di masing-masing tingkatan.


BAB X
PERSIDANGAN/PERMUSYAWARATAN

Pasal 30

            Muktamar adalah Lembaga Permusyawaratan Tertinggi dalam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah yang diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali yang dihadiri oleh Idaroh Wustho, Idaroh Syu’biyah dan Mandat khusus.

Pasal 31

            Musyawarah Idaroh Wustho diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh Idaroh Syu’biyyah dan Mandat khusus

Pasal 32

            Musyawarah Idaroh Syu’biyyah diadakan 4 (empat) tahun sekali dan dihadiri oleh Idaroh Ghusniyyah dan Mandat khusus

Pasal 33

            Musyawarah Idaroh Ghusniyyah diadakan 4 (empat) tahun sekali dan dihadiri oleh Idaroh Sa’afiyyah dan Mandat khusus

Pasal 34

            Musyawarah Idaroh Sya’afiyyah diadakan 3 (tiga) tahun sekali dan dihadiri oleh Anggota (A’dha’) dan Mandat khusus

Pasal 35

            Musyawarah Kubra adalah Lembaga Permusyawaratan Tertinggi sesudah Muktamar yang diadakan oleh Idaroh Aliyah sekurang-kurangnya sekali diantara dua Muktamar atau sewaktu-waktu apabila dipandang perlu dan dihadiri oleh Idaroh Aliyah, Idaroh Wustho dan Mandat khusus

Pasal 36

  1. Manaqib Kubra adalah Lembaga Permusyawaratan Tertinggi sesudah Muktamar yang diadakan oleh Idaroh Aliyah sekurang-kurangnya sekali di antara dua Muktamar atau sewaktu-waktu apabila dipandang perlu dan dihadiri oleh Idaroh Aliyah, Idaroh Wustho dan Mandat khusus
  2. Manaqib Kubra memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan Musyawarah Kubra
  3. Manaqib Kubra diperuntukkan bagi Idaroh Wustho atau Daerah yang karena keterbatasan waktu untuk pelaksanaan Musyawarah Kubra.

Pasal 37

          Musyawarah Kubra dan Manaqib Kubra membicarakan dan membahas :

  1. Masa’il Diniyyah terutama Thariqiyyah
  2. Evaluasi pelaksanaan hasil Keputusan Musyawarah
  3. Menentukan program, progress dan kebijakan Jam’iyyah
  4. Hal lain yang menyangkut kepentingan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah.

BAB XI
KEUANGAN

Pasal 38

          Keuangan Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah diperoleh dari :

  1. Uang pangkal anggota
  2. Uang Syahriyyah (uang bulanan)
  3. Uang Sanawiyyah (uang tahunan)
  4. Uang sumbangan usaha yang halal dan tidak mengikat

Pasal 39

          Jumlah besarnya uang dan presentasinya diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.


BAB XII
TAMBAHAN DAN PENUTUP

Pasal 40

          Peraturan Dasar Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah ini hanya dapat diubah oleh Muktamar yang sah.

Pasal 41

          Apabila Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah ini dibubarkan maka segala hak milik diserahkan kepada Nahdlatul Ulama

Pasal 42

          Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Dasar (PD) diatur dalam Peraturan Rumah Tangga (PRT)

Pasal 43

Idaroh Aliyah berhak menentukan kebijaksanaan yang tidak bertentangan dengan Peraturan Dasar ini.


Ditetapkan di : Pekalongan Jawa Tengah
Tanggal        : 1 Jumadil Awwal 1439 H / 18 Februari 2018

Tertanda

Ketua Sidang

Dr. KH. Mashudi, M.Ag. 

Sekretaris Sidang

Prof. Dr. KH. Abdul Hadi, M.A