Bogor, JATMAN Online – Program Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) merupakan kegiatan tahunan untuk para Rois Syuriah dalam menjaga standarisasi baik keilmuan, keorganisaian, ke-NU-an juga kebangsaan. Acara terselenggara di Aula Sekretariat PCNU Kab. Bogor (16/12) Kamis.
Ketua pelaksana PPWK, KH Abbas Ma’ruf S. Pd.I mengatakan, tujuan dan desain PPWK kali ini difokuskan pada pendalaman dan penguatan reflektif keilmuan klasik Islam, terutama yang terkait dengan keagamaan dan kebangsaan.
“Rois Syuriah hendaknya menjadi tokoh, role model untuk para Nahdliyin baik yang berada di struktur maupun yang kultural, kudu bisa maca kitab minimal Fathul Muin dan harus lebih mengedepankan kemaslahatan umat dalam memberikan mauidzoh, tauiyah juga tausiyah, semua ini agar menjaga keaslian Nahdlatul Ulama (NU),” ucap katib syuriyah PCNU Kabupaten Bogor.
Pada saat yang sama ketua panitia berharap dari acara ini, jajaran Syuriah dan Tanfidziyah di PCNU dan MWCNU juga bisa bersinergi, selalu berkonsolidasi agar PCNU di Kabupaten Bogor ini kedepan lebih baik dan kokoh mengedepankan Aswaja An-nahdliyah
Acara PPWK kali ini mengusung tema “Peran dan Tanggung Jawab Syuriah NU dalam Mengawal Jam’iyyah dan Jama’ah” hal ini karena sangat sentralnya tugas sebagai Syuriah untuk menggerakan, mamajukan, menguatkan kepada nahdliyin yang lain.
Di luar dugaan, antusias peserta yang mengikuti PPWK cukup menggembirakan dengan penuh semangat dan disiplin bahkan hampir tiap sesi pelatihan selalu berakhir melebihi dari jadwal waktu yang ditentukan. Berdasarkan undangan dari 40 MWCNU Kab Bogor yang hadir 70-an pesarta.
Harus yakin para pengurus struktural di NU bahwa dari keilmuan dan ketokohan para masyaikh kita sudah tidak diragukan lagi, dan jelas sekali terutama dari nasab keilmuan dan silsilah ketokohan yang terjaga.
KH Aim Zainuddin saat sambutannya menyampaikan bahwa jajaran Syuriah haruslah mutafaqqih fiddin (memahami ilmu/menguasai agama secara utuh) dan berakhlak yakni wara’ juga zuhud sehingga menjadi pemimpin yang memberikan dampak positif bagi semua.
“Jajaran Syuriah wajibul kudu menjadi teladan dengan keilmuan dan mengedepankan akhlak agar menjadi uswah bagi nahdliyin yang lainnya,” papar Ketua Tanfidziyah PCNU Kab. Bogor.
Menguatkan pernyataan diatas selaku Rois Syuriah KH Bundari Abbas menyampaikan hadis sebagai berikut Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Barangsiapa yang mempelajari ilmu agama Allah maka Allah akan mencukupkannya dari keluh-kesah dan Allah beri rezki dari jalan yang tak di duga-duga.”
Tambahnya bahwa di bahu kita sebelah kanan cinta diniyah dengan bertafaquh fiddin dan dikirinya cinta wathoniyah sehingga kemanfaatan juga ke sholihan pribadi terlebih menjadi muslihin untuk semua.
Sesi pertama Drs. KH Taqiyudin Basri Wakil Rois Syuriah PCNU Kab. Bogor menyampaikan materi sumber sanad keilmuan para pendiri NU juga mereka memiliki silsilah nasab yang jelas.
“Rois Syuriah secara intelektual harus cerdas menguasi kitab turost, sanad keilmuannya juga sampai kepada aslafuna sholih,” ucapnya.
Juga hadir memberikan materi kedua Dr. Abdullah Ubed yang biasa mengisi (PPWK) dan Pengurus Lakpesdam PBNU, bahwa acara ini untuk membekali para jajaran Syuriah agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik ketika mengetahui tupoksi, sehingga dapat menjalankan amanah dengan baik juga penuh kemaslahatan.
“seorang syuriah NU harus memenuhi empat syarat yang mencakup lima topologi yang meliputi tafaqquh fiddin (intelektual) , organisatoris (munazim) bagaimana organisasi ini dijalankan, sebagai muharrik (penggerak) memberikan kemaslahatan untuk semua baik bersikap maupun bertindak, mutawari (kehati-hatian dalam bersikap dan bertindak untuk kemaslahatan umat), yang terakhir adalah muslih bi ahwali ummah (menebar kebaikan untuk umat) harus menciptakan perubahan untuk kemaslahatan umat pada dimensi sosial dan dimensi admisnistratif,” ungkapnya
Acara dimulai dengan lantunan ayat suci Al-Quran dan menyayikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan mars ya lalwathon.
Turut hadir jajaran Rois Syuriah, Tanfidziyah, Katib Syuriah, Jajaran Rois Syuriah MWCNU se-Kab. Bogor serta banom lainya pada acara PPWK di aula PCNU Kab. Bogor. (red. Abdul mun’im Hasan)
Jakarta, JATMAN Online – Khodimut Thariqah Naqsabandiyah KH. Ahmad Nafi menjelaskan setelah tarbiyah syariat, selanjutnya tarbiyah qulub. Ilmu tasawuf, memperbaiki nafsu, membuka hijab. Orang yang sudah bersyariat, berfiqih, bertasawuf maka itulah orang yang sampai pada hakikat.
“Hakikat adalah sempurnanya iman. Yakni, dalam kitab Lathoiful Isyaroh, hidupnya kalbu bersama Allah kapanpun, dimanapun, dengan siapapun. Kita tidak hanya mencegah hawa nafsu saat ibadah, tapi saat dalam pekerjaan,” kata Kiai Nafi saat mengadiri Pengajian Bulanan di Pesantren Mahasiswa Daarusshohabah, Jalan Pemuda Asli II No. 20 RT 03/03, Rawamangun, DKI Jakarta, Kamis (14/09/2023).
Pengasuh PP Raden Rahmat Sunan Ampel Jember ini menyampaikan kalau baik dengan orang yang baik itu wajar. Kalau hati bersih, ketemu orang maksiat atau buruk atau kriminal saja selalu husnuzon.
“Gimana caranya bersih hati? Kita harus tawadlu berhadapan dengan orang maksiat. Itu diterangkan dalam kitab Nasoihul ibad, caranya lihatlah bahwa rahmat Allah mungkin diberikan pada siapapun yang dikehendaki-Nya, sekalipun manusia itu ahli maksiat. Jika dia mendapat hidayah, bisa husnul khatimah. Kita tidak bisa menjamin bisa husnul khotimah,” jelasnya.
“Bencilah pada perilakunya, jangan benci pada orangnya. Ketika kita tidak bisa tawadlu, berarti ada kesombongan dalam hati,” tambahnya.
Menurut Kiai Nafi, cita-cita mulia adalah baik di dunia dan akhirat, tercegah dari neraka, masuk surga tanpa melihat neraka, tanpa hisab. Gimana caranya? Jadilah orang-orang pilihan Allah. Jadilah orang-orang yang shalih (ibadah dan muamalah).
“Ibadah jangan jasmani saja, isi juga dengan ruhaniyah, sambung dengan Nur Nabi, yakni sambunglah dengan orang-orang yang menjadi jalan menuju Allah. Jadilah orang yang bisa menjadi sahabat terbaik bagi semua orang,” ungkapnya.
Semarang, JATMAN Online – Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al Mu’tabaroh an Nahdliyyah (JATMAN) Idaroh Wustho Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) menggelar Manaqib Kubro di Pondok Pesantren Al-Mukhlisin Nyatnyono, Ungaran, Semarang, Sabtu (9/9/2023).
Manaqib Kubro, Istighosah, Bahtsul Masail, Temu Mursyid, dan Pengajian Akbar murupakan kegiatan rutin keliling 6 bulan sekali di 41 Syu’biyyah yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Manaqib Kubro ini turut dihadiri oleh perwakilan pengurus Idarah Aliyyah, pengurus Idarah Wustho Jateng dan DIY, Pengurus Syu’biyyah, para masyaikh dan habaib, serta TNI – Porli setempat dan tamu undangan lainnya.
Menurut Mudir JATMAN Jateng KH Ahmad Sa’id Lafif, Musyawarah Idaroh Wustho merupakan program JATMAN yang rutin dilakukan satu tahun dua kali.
“Program ini akan berkelanjutan terus menerus merupakan bagian Khidmah kita terhadap Thoriqoh.Musyawarah Idharoh Wustho ini bentuk komunikasi yang baik, sehingga menjalankan JATMAN Jateng berkembang pesat memberikan manfaat bagi masyarakat luas,’’ katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal JATMAN Idaroh Aliyyah KH. Mashudi dalam sambutannya menyampaikan atas nama JATMAN Idaroh Aliyyah mengapresiasi kegiatan pengajian akbar dan manaqib kubro ini
“Sejak pagi sampai sekarang dengan pengajian akbar dan tadi kita mengikuti bersama-sama maulidurrasul, kami yakin bahwa ini adalah arena untuk menjadikan majelis ini majelis yang mubarak. Sepulang dari mejelis ini semuanya diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala,” katanya.
Kiai Mashudi menjelaskan mejelis seperti inilah yang dikemas dan dikawal oleh JATMAN menjadi salah satu ngerem datangnya kiamat.
“Tidak akan terjadi kiamat selagi masih ada orang yang wirid dzikir Allah, Allah, Allah. Itulah garapan dari JATMAN, mengistiqomahkan wirid. Jadi, barangsiapa yang diberikan kekuaran berdzikir maka yang bersangkutan akan diberi tanda-tanda kewalian,” jelasnya.
“Jadi, JATMAN itu bukan hanya diikuti oleh bapak-bapaknya saja tapi ibu-ibunya juga berthoriqoh. Polisi berthoriqoh, tantara berthoriqoh. Mari kita do’akan dengan didampingi TNI-POLRI JATMAN semakin besar. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin,” tambahnya.
Mudah-mudahan majelis ini, lanjutnya, menjadikan kita semakin cinta kepada Rasululah shalallahu ‘alaihi wassalam. Ketika kita berkhidmah kepada Allah maka segala sesuatu akan tunduk kepada kita.
“Itulah sebabnya JATMAN sedang mengembangkan salah satu lajnah, yaitu lajnah Wathonah (Wanita Thoriqoh an Nahdliyyah). Kemudian lajnah MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqoh al Mu’tabah an Nahdliyyah),” paparnya.
“Mudah-mudahan semua program yang sudah direncanakan oleh Idarah Aliyyah berserta Idaroh Wustho, Syu’biyyah, Ghusniyyah, dan Sa’afiyyah Se-Indonesia dimudahakan Allah dan akhirnya JATMAN menjadi jam’iyyah salah satu yang bisa mengamankan Indonesia yang kita cintai ini, menjadi Indonesia semakin hebat dan maju,” ungkapnya.
Jakarta, JATMAN Online – Seiring dengan kemarau panjang yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, yang membuat sejumlah wilayah mengalami kekeringan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) mengajak umat Islam untuk menggelar Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan.
“Kementerian Agama mengajak umat Islam untuk melaksanakan Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan,” kata Gus Yaqut di Jakarta, Jumat (15/09).
Ia mengatakan sesuai dengan namanya, al-istisqa’, adalah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya). Para ulama fikih mendefinisikan Shalat Istisqa sebagai shalat sunah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.
Shalat Istisqa pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW, seperti yang dikisahkan lewat hadis riwayat Abu Hurairah RA.
Menurut Gus Yaqut, Shalat Istisqa menjadi bagian dari ikhtiar batin sekaligus bentuk penghambaan kepada Allah SWT.
“Memohon agar Allah menurunkan hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda. Amin,” ujarnya.
Adapun pelaksanaan Shalat Istisqa sama dengan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Sesudah Takbiratul Ihram, melakukan takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali takbir pada rakaat kedua.
Setelah membaca Surat Al-Fatihah dan lainnya, lalu rukuk, sujud hingga duduk tahiyyat kemudian salam.
Khatib lalu menyampaikan khutbah sama seperti khutbah Idul Fitri dan Idul Adha. Khutbah dianjurkan mengajak umat Islam untuk bertobat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.