Maros, JATMAN Online – Rangkaian Haul mengenang Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma al-Khalwatiy digelar di Kompleks Makam Auliya Tanring Mata, Desa Marannu, Kecamatan Bontoa, Kab. Maros, Sabtu (19/03).
Sejumlah ulama dan pejabat dari berbagai daerah menghadiri haul ke-16 wafatnya Puang Ramma, mursyid ke-11 Jam’iyah Khalwatiyah yang wafat 15 Sya’ban 1427 H.
Mereka yang hadir, Mursyid Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makassariy Syekh Sayyid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka. Ketua Jam’iyah Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makassariy Anwar Abubakar, Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis beserta jajaran, Ketua JATMAN Sulsel Kadir Ahmad.
Dihadiri juga oleh Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Maros Abd Hafid M Talla dan Bupati Maros Chaidir Syam serta para jamaah.
Ketua Jam’iyah Khalwatiyah Syekh Yusuf Al-Makassariy H Anwar Abubaka mengcapkan terima kasih banyak kepada para jama’ah yang telah menghadiri haul ke-16 wafatnya KHS DJamaludin Assegaf Puang Ramma yang Wafat pada Jumat 15 Sya’ban.
“Terima kasih kepada jamaah yang hadir di Haul KHS Djamaluddin Assegaf Puang Ramma yang dirangkaikan dengan Haul istrinya ke-32 tahun,” ujar Kakanwil Kemenag Sulut ini.
Peringatan Haul Puang Ramma dengan berbagai rangkaian dimulai sejak Jumat, 18 Maret 2022 dan akan berlangsung hingga Minggu, 20 Maret 2022.
“Kami informasikan rangkaian berziarah, sampai besok malam. Terbuka bagi siapa saja. Tiap hari dari beberapa daerah juga hadir, Kalimantan, Jakarta dan Manado. Alhamdulillah mereka bisa datang,” ujarnya.
Di haul ini jamaah larut dalam zikir dan doa yang dipimpin Syekh Sayyid Abdul Rahim Assegaf Puang Makka.
Sementara itu Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulsel, Kiai Hamzah Harun Al-Rasyid mengatakan dalam sambutannya, haul ini memiliki dalil yang kuat.
“Haul ini memiliki dasar kuat dalam khasanah umat Islam, bahwa Rasulullah senantiasa mengunjungi makam di Uhud, setiap tahunnya,” jelasnya.
Menurutnya ada empat poin penting dalam haul. Pertama, sebuah bukti mahabbah kepada Puang Ramma yang telah berjasa kepada banyak orang dan sebagai generasi pelanjut wajib mengirimkan doa kepadanya.
“Ini juga contoh yang diajarkan Rasulullah, Rasulullah menganjurkan banyak mendoakan, mengirimkan doa. Karena doa kepada Waliullah itu akan kembali kepada kita, ucapnya.
Lanjutnya, Kedua, mengenang Napak tilas perjuangan Puang Ramma. Sejarah telah mencatat Syekh Djamaludin Puang Ramma tidak bisa dilepaskan dari gemilangnya perjuangan dakwah ke-Islaman, dan panji NU juga berkibar di Sulsel.
“Momen ini kita berusaha mengambil secuil dari kebesaran jasa-jasa beliau,” terangnya.
Selanjutnya Ketiga, merupakan momentum untuk memperkokoh, mendapatkan kekuatan ukhuwah antar jamaah. Dengan silaturrahim problematika organisasi akan mudah terurai.
“Puang Ramma simbol keutuhan, persatuan. Dan ini menjadi kewajiban kita untuk merawat,” tandasnya.
Terakhir Keempat, sebagai momen memperoleh berkah dan hikmah dari karamah Al-Habib Puang Ramma.
“Kita tertarik untuk datang, karena tentu atas seluruh apa yang telah dibangun, kita dengarkan kebijakan, ilmu berkah yang telah ditaburkan untuk kita,” imbuhnya.
Kiai Hamzah Harun juga mengungkapkan diantara ciri-ciri Wali Allah yang melekat pada pribadi Puang Ramma.
“Tanda-tanda waliyullah dalam referensi yaitu selalu memaafkan mendholimi, berbaur baik yang jahat, menghibur orang yang terkena musibah. Seorang Waliyullah tidak takut yang dihadapi dan juga tidak cemas atas apa yang ditinggalkan,” jelasnya.
Kiai Hamzah Harun berpesan untuk senantiasa melanjutkan perjuangan Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma.
“Semoga haul setiap tahun tidak pernah kita lupakan. Tugas kita melanjutkan perjuangan beliau,” pesannya.