Connect with us

Berita

Kebahagiaan Manusia, Kiai Zakky: Akhirat dan Duniawi Harus Seimbang

Published

on

Jakarta, JATMAN Online – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr. KH. Zakky Mubarak, MA menjelaskan bahwa manusia muslim diarahkan agar senantiasa menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, antara lahir dan batin.

“Keseimbangan tersebut akan membimbing manusia pada kebahagiaan dan keberhasilan dalam dua kehidupan, yaitu di dunia dan akhirat,” tulis Kiai Zakky diakses JATMAN Online, Ahad (10/09/2023) dalam akun facebook Zakky Mubarak Syamrakh.

“Sebagai manusia yang beriman, kita tidak diperkenankan hanya mengejar kemewahan duniawi, sehingga tidak meyakini lagi akan karunia Allah yang pasti ditetapkan untuk semua umat manusia” imbuhnya.

Kiai Zakky menyampaikan setiap orang harus menyadari bahwa segala yang diperlukan dalam kehidupan dunia telah ditetapkan oleh Allah sesuai bagiannya masing-masing. Ketetapan itulah yang paling baik bagi umat manusia.

“Mungkin ada sebagian dari kita yang menganggap bahwa apabila memiliki kekayaan yang berlimpah dan kedudukan yang tinggi, disertai pendukungnya yang banyak, berarti meraih kesuksesan yang maksimal,” kata Kiai Zakky.

Padahal, lanjutnya, hal seperti itu belum tentu baik bagi seseorang. Ada di antara manusia yang memperoleh keberkahan dalam rizki duniawinya, meskipun sederhana. Sebaliknya, ada juga di antara mereka yang memiliki harta yang banyak, kedudukan yang tinggi, dan pengikut yang fanatik, tapi tidak memperoleh keberkahan dalam kehidupannya, sehingga hidupnya tetap merana dan selalu diliputi oleh penderitaan.

“Yakinilah, bahwa apa yang diberikan Allah kepada kita semua, adalah yang terbaik bagi kehidupan pada masa kini, maupun masa depan,” jelasnya.

Kiai Zakky mengutip salah satu al-Qur’an mengenai keseimbangan dalam kehidupan

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash, 28:77).

“Akan halnya mengejar kehidupan akhirat, harus senantiasa kita usahakan semaksimal mungkin, karena itulah yang akan mengantarkan umat manusia pada masa depan yang baik dan terpuji. Berusaha secara maksimal untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan masa depan, menunjukkan kesadaran yang tinggi dan menunjukkan bahwa mata batinnya atau mata hatinya tidak buta,” ucapnya.

Karena ia melihat jauh ke depan untuk meraih kesuksesan demi kesuksesan. Sebaliknya mereka yang hanya mengutamakan kehidupan duniawi dan mengabaikan kehidupan ukhrawi adalah tergolong orang-orang yang mata hatinya tertutup, sehingga mereka tidak mampu melihat masa depannya sendiri yang lebih jauh.

“Ada sebagian di antara kita yang menganggap bahwa kehidupan di dunia ini tidak penting, yang penting hanya kehidupan akhirat. Pandangan ini sesungguhnya keliru, karena kehidupan di dunia amat penting bagi kehidupan manusia. Bahagia atau sengsaranya kita di akhirat, tergantung pada kehidupan dunia sekarang, ujarnya.

Menurut Kiai kelahiran Cirebon, 20 April 1950 ini, apabila seseorang mampu memanfaatkan kehidupan dunia secara maksimal, sehingga mereka banyak beribadah dan beramal shaleh dengan sepenuh hati dan semata-mata mengharap keridhaan Allah, maka mereka akan meraih kesuksesan yang abadi, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang.

Kehidupan dunia ini diibaratkan bagaikan kebun atau ladang untuk menanam kehidupan masa depan. Tergantung bagaimana kita menanam, maka kita akan menuainya.

“Apabila kita menanam padi atau tanaman-tanaman yang bermanfaat lainnya, maka kita akan memperoleh hasil yang bermanfaat. Sebaliknya apabila kita hanya menanam rumput atau tanaman-tanaman lain yang tidak banyak manfaatnya, maka akan menuai sesuai apa yang ditanamnya,” pungkasnya.

Kiai Zakky berpesan dalam rangka mencari bekal bagi kehidupan akhirat secara sungguh-sungguh tidak boleh melupakan kepentingan duniawi.

“Demikian juga dalam mencari kehidupan duniawi, sama sekali tidak boleh melupakan kehidupan akhirat. Keduanya harus berjalan serasi dan seimbang,” ungkapnya.

Berita

Hadiri Ngaji Bulanan Pesma Daarusshohabah, Kiai Nafi Jelaskan Pentingnya Tasawuf

Published

on

Jakarta, JATMAN Online – Khodimut Thariqah Naqsabandiyah KH. Ahmad Nafi menjelaskan setelah tarbiyah syariat, selanjutnya tarbiyah qulub. Ilmu tasawuf, memperbaiki nafsu, membuka hijab. Orang yang sudah bersyariat, berfiqih, bertasawuf maka itulah orang yang sampai pada hakikat.

“Hakikat adalah sempurnanya iman. Yakni, dalam kitab Lathoiful Isyaroh, hidupnya kalbu bersama Allah kapanpun, dimanapun, dengan siapapun. Kita tidak hanya mencegah hawa nafsu saat ibadah, tapi saat dalam pekerjaan,” kata Kiai Nafi saat mengadiri Pengajian Bulanan di Pesantren Mahasiswa Daarusshohabah, Jalan Pemuda Asli II No. 20 RT 03/03, Rawamangun, DKI Jakarta, Kamis (14/09/2023).

Pengasuh PP Raden Rahmat Sunan Ampel Jember ini menyampaikan kalau baik dengan orang yang baik itu wajar. Kalau hati bersih, ketemu orang maksiat atau buruk atau kriminal saja selalu husnuzon.

“Gimana caranya bersih hati? Kita harus tawadlu berhadapan dengan orang maksiat. Itu diterangkan dalam kitab Nasoihul ibad, caranya lihatlah bahwa rahmat Allah mungkin diberikan pada siapapun yang dikehendaki-Nya, sekalipun manusia itu ahli maksiat. Jika dia mendapat hidayah, bisa husnul khatimah. Kita tidak bisa menjamin bisa husnul khotimah,” jelasnya.

“Bencilah pada perilakunya, jangan benci pada orangnya. Ketika kita tidak bisa tawadlu, berarti ada kesombongan dalam hati,” tambahnya.

Menurut Kiai Nafi, cita-cita mulia adalah baik di dunia dan akhirat, tercegah dari neraka, masuk surga tanpa melihat neraka, tanpa hisab. Gimana caranya? Jadilah orang-orang pilihan Allah. Jadilah orang-orang yang shalih (ibadah dan muamalah).

“Ibadah jangan jasmani saja, isi juga dengan ruhaniyah, sambung dengan Nur Nabi, yakni sambunglah dengan orang-orang yang menjadi jalan menuju Allah. Jadilah orang yang bisa menjadi sahabat terbaik bagi semua orang,” ungkapnya.

Continue Reading

Berita

Sebarluaskan Tarekat, JATMAN Jateng dan DIY Gelar Manaqib Kubra

Published

on

Semarang, JATMAN Online – Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al Mu’tabaroh an Nahdliyyah (JATMAN) Idaroh Wustho Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) menggelar Manaqib Kubro di Pondok Pesantren Al-Mukhlisin Nyatnyono, Ungaran, Semarang, Sabtu (9/9/2023).

Manaqib Kubro, Istighosah, Bahtsul Masail, Temu Mursyid, dan Pengajian Akbar murupakan kegiatan rutin keliling 6 bulan sekali di 41 Syu’biyyah yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Manaqib Kubro ini turut dihadiri oleh perwakilan pengurus Idarah Aliyyah, pengurus Idarah Wustho Jateng dan DIY, Pengurus Syu’biyyah, para masyaikh dan habaib, serta TNI – Porli setempat dan tamu undangan lainnya.

Menurut Mudir JATMAN Jateng KH Ahmad Sa’id Lafif, Musyawarah Idaroh Wustho merupakan program JATMAN yang rutin dilakukan satu tahun dua kali.

“Program ini akan berkelanjutan terus menerus merupakan bagian Khidmah kita terhadap Thoriqoh.Musyawarah Idharoh Wustho ini bentuk komunikasi yang baik, sehingga menjalankan JATMAN Jateng berkembang pesat memberikan manfaat bagi masyarakat luas,’’ katanya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal JATMAN Idaroh Aliyyah KH. Mashudi dalam sambutannya menyampaikan atas nama JATMAN Idaroh Aliyyah mengapresiasi kegiatan pengajian akbar dan manaqib kubro ini

“Sejak pagi sampai sekarang dengan pengajian akbar dan tadi kita mengikuti bersama-sama maulidurrasul, kami yakin bahwa ini adalah arena untuk menjadikan majelis ini majelis yang mubarak. Sepulang dari mejelis ini semuanya diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala,” katanya.

Kiai Mashudi menjelaskan mejelis seperti inilah yang dikemas dan dikawal oleh JATMAN menjadi salah satu ngerem datangnya kiamat.

“Tidak akan terjadi kiamat selagi masih ada orang yang wirid dzikir Allah, Allah, Allah. Itulah garapan dari JATMAN, mengistiqomahkan wirid. Jadi, barangsiapa yang diberikan kekuaran berdzikir maka yang bersangkutan akan diberi tanda-tanda kewalian,” jelasnya.

“Jadi, JATMAN itu bukan hanya diikuti oleh bapak-bapaknya saja tapi ibu-ibunya juga berthoriqoh. Polisi berthoriqoh, tantara berthoriqoh. Mari kita do’akan dengan didampingi TNI-POLRI JATMAN semakin besar. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin,” tambahnya.

Mudah-mudahan majelis ini, lanjutnya, menjadikan kita semakin cinta kepada Rasululah shalallahu ‘alaihi wassalam. Ketika kita berkhidmah kepada Allah maka segala sesuatu akan tunduk kepada kita.

“Itulah sebabnya JATMAN sedang mengembangkan salah satu lajnah, yaitu lajnah Wathonah (Wanita Thoriqoh an Nahdliyyah). Kemudian lajnah MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqoh al Mu’tabah an Nahdliyyah),” paparnya.

“Mudah-mudahan semua program yang sudah direncanakan oleh Idarah Aliyyah berserta Idaroh Wustho, Syu’biyyah, Ghusniyyah, dan Sa’afiyyah Se-Indonesia dimudahakan Allah dan akhirnya JATMAN menjadi jam’iyyah salah satu yang bisa mengamankan Indonesia yang kita cintai ini, menjadi Indonesia semakin hebat dan maju,” ungkapnya.

Continue Reading

Berita

Gus Yaqut Ajak Umat Islam Gelar Shalat Istisqa

Published

on

By

Jakarta, JATMAN Online – Seiring dengan kemarau panjang yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, yang membuat sejumlah wilayah mengalami kekeringan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) mengajak umat Islam untuk menggelar Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan.

“Kementerian Agama mengajak umat Islam untuk melaksanakan Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan,” kata Gus Yaqut di Jakarta, Jumat (15/09).

Ia mengatakan sesuai dengan namanya, al-istisqa’, adalah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya). Para ulama fikih mendefinisikan Shalat Istisqa sebagai shalat sunah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.

Shalat Istisqa pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW, seperti yang dikisahkan lewat hadis riwayat Abu Hurairah RA.

Menurut Gus Yaqut, Shalat Istisqa menjadi bagian dari ikhtiar batin sekaligus bentuk penghambaan kepada Allah SWT.

“Memohon agar Allah menurunkan hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda. Amin,” ujarnya.

Adapun pelaksanaan Shalat Istisqa sama dengan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Sesudah Takbiratul Ihram, melakukan takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali takbir pada rakaat kedua.

Setelah membaca Surat Al-Fatihah dan lainnya, lalu rukuk, sujud hingga duduk tahiyyat kemudian salam.

Khatib lalu menyampaikan khutbah sama seperti khutbah Idul Fitri dan Idul Adha. Khutbah dianjurkan mengajak umat Islam untuk bertobat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.

Continue Reading

Facebook

Arsip

Trending