Jakarta, JATMAN Online – Jatman Online (JOL) menyelenggarakan discussion seri ke-2 yang disiarkan secara online melalui Zoom meeting dan Live Youtube di Channel JATMAN Online dengan menghadirkan narasumber H. Sahlan, S.Ag., M.S.I, serta penanggapnya, Dr. KH. Akhmad Sodiq, M.Ag.
H. Sahlan sebagai salah satu tim penulis dari buku yang berjudul Mengenal KH. Nawawi Berjan Purworejo, Tokoh di balik berdirinya Jam’iyah Ahli Thariqoh al-Mu’tabarah, memaparkan bahwa Almagfurlah KH. Nawawi adalah sosok tokoh ulama ahli Thariqah yang mempunyai pemikiran jauh di masanya (out the box) dan sebagai seorang santri salafiyah yang dapat beradaptasi dengan sistem kemodernan.
“Sebagai catatan pribadi saya, beliau seorang yang gemar dengan ilmu pengetahuan, seorang manajer yang sangat baik, terkait waktu ada pembahasan khusus, pembagian beliau terkait waktu untuk ibadah (وقت للعبادة), waktu mencari nafkah kehidupan (وقت لكسب المعيشة) serta waktu untuk beristirahat (وقت لاستراحة). Pada waktu itu beliau sudah melalui masanya, apa yg dituliskannya saat ini berhasil diteruskan oleh putranya Romo Kiai Ahmad Chalwan hingga perkembangan pesat Pondok Pesantren An-Nawawi. Ini semua ada di catatan KH. Nawawi Berjan Purworejo.” Tutur Dosen STAI An-Nawawi tersebut.
Lanjutnya, “Almagfurlah KH. Nawawi menjadi tokoh berdirinya JATMAN dengan diawali suksesnya Kongres Alim Ulama pada tahun 1957 di Tegalrejo, Magelang yang menghadirkan tokoh-tokoh ahli thariqah pada saat itu dengan hadirnya Mbah Kiai Dalhar Watucongol dan Mbah Kiai Mahrus, sehingga pada Muktamar NU ke-26 di Semarang JATMAN diresmikan.” Jelas Calon Doktor UIN Wali Songo yang juga menjabat sebagai Sekretaris Idaroh Syu’biyyah JATMAN Purworejo.
Adapun peran penting dari Kongres Alim Ulama yang digagas Almagfurlah ini bertujuan untuk mempersatukan seluruh Thariqah yang ada di bumi Nusantara ini yang tentunya mu’tabarah dan pada saat Muktamar NU di Semarang ditambahkan An-Nahdliyah.
“Praktek tawajuhan yang menyimpang, saling menyalahkan satu dengan yang lain, adanya batasan thariqah, ini menjadi kekhawatiran beliau ingin merajut silaturahmi antar thariqah hingga menjadi kesatuan yang mu’tabarah sehingga Mbah Kiai Nawawi menjadi penggagas Kongres Alim Ulama pertama yang menjadi cikal bakal Jatman pada waktu itu.” Tuturnya.
KH. Akhmad Sodiq hadir sebagai penanggap menyampaikan bahwa buku ini sangat menarik dan menjadi jawaban atas pertanyaan yang selama ini diajukan oleh pencari thariqah.
“Ini menjadi tradisi yang menarik, Maulana Habib Luthfi bin Yahya sangat konsen dan senang dengan data sejarah ini.” Ucap Kepala Pusat Ma’had al-Jamiah UIN Syarif Hidaytullah Jakarta.
Bagaimana Kiai Nawawi merakit itu semua agar banyak orang mengetahui asal-usul thariqah yang mu’tabarah dan tentunya an-Nahdliyah menjadi jalan untuk menuju Allah Swt. dengan wasilah mengikuti mursyid.
Adanya JATMAN adalah sebagai lembaga yang otoritatif yakni dapat meluruskan thariqah dengan Thariqoh Mu’tabarah.
“Bisa melahirkan organisasi ini, Almagfurlah orang tokoh yang besar, ide ini harus dilakukan. Para mursyid harus memahami asal thariqah. Hal inilah yang harus ditekan oleh Mbah Kiai Nawawi pada saat itu. Ini karena (beberapa pengamal thariqah) ada kekurangbacaan, pemahaman dan pikiran yang sempit, hanya menganggap dirinya yang benar. Thariqah Mu’tabarah ini adalah pintu-pintu untuk menuju kabah yang satu.” Jelasnya
Kiai Sodiq, selanjutnya juga menjelaskan bahwa thariqah harus diamalkan yang benar, sebagaimana pesan Kiai Nawawi, waktunya zikir, khalwatan, perlu dilestarikan agar membentuk pribadi benar (السالك الصحيح) sesuai ajaran Rasulullah saw. yang Mu’tabarah an-Nahdliyah.
Acara Discussion JOL Seri Ke-2 ini dihadiri oleh Salik dan Salikat dari berbagai daerah. Pada kesempatan yang sama hadir Sekjen JATMAN, KH Masyhudi, dan Wartoi selaku Pimred JOL yang menyampaikan sambutan, serta Hamzah al-Farisi sebagai moderator. Acara dimulai dengan Tawasul kepada para Muassis NU wabil khusus Muassis JATMAN serta menyayikan lagu Indonesia.
Pewarta : Abdul Mun’im Hasan
Editor: Khoirum Millatin