Hakikat Haul adalah mengenang atau memperingati wafatnya seseorang setiap tahunnya, karena term Haul dalam bahasa Arab berarti setahun. Sama halnya dengan seorang anak yang baru lahir diadakan aqiqah pada hari ke-7 dan seterusnya. Memikian juga bagi yang wafat, diadakan hari ke-7 sebagai rangkaian dari ta’ziah, 40 dan 100 harinya, sampai untuk acara tahunan wafatnya seseorang, itulah Haul.
Haul ke-16 Habib Syeikh Djamaluddin Assegaf Puang Ramma, salah satu muassis NU Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Mursyid Tarekat Khalwatiyah Syeikh Yusuf Al-Makassari akan diperingati pada tanggal 15 Sya’ban bertepatan dengan 17 Maret 2022.
NU Sulsel didirikan pada 8 April 1950 yang mulanya sebagai wadah perkumpulan ulama, Rabithatul Ulama (RA), yang diprakarsai Puang Ramma bersama ulama senior lainnya, yakni KH. Ahmad Bone, KH. Muhammad Ramli, Andi Mappayukki, KH. Saifuddin, KH. Mansyur Daeng Limpo dan beberapa ulama sejawatnya.
Allahu Yarham Syekh Sayyid AGH Jamaluddin Puang Ramma Al-Khalwatiy yang kita peringati Haul-nya yang ke-16 ini, merupakan sosok ulama kharismatik yang perlu diteladani dari segala aspek kehidupan.
Puang Ramma , yang lahir tanggal 21 Juni 1919 dan wafat hari Jumat, tanggal 15 Sya’ban 1427 bertepatan tanggal 08 september 2006 telah menitipkan warisan yang sangat berharga kepada kita yang perlu dikenang dan diteladani. Apalagi karena Puang Ramma Allahu Yarham tercatat dalam tinta emas sebagai salah seorang pendiri NU Sulsel yang sebelumnya adalah Rabithatul Ulama (RU).
Semoga Allah Swt. merahmati kita, mendapat Ridla dari kedua orang tua, berkah dari guru dan syafaat dari Rasulullah saw.
Penulis: Dr. K.M. Mahmud Suyuti, M. Ag. Editor: Khoirum Millatin
Semarang, JATMAN Online – Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al Mu’tabaroh an Nahdliyyah (JATMAN) Idaroh Wustho Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) menggelar Manaqib Kubro di Pondok Pesantren Al-Mukhlisin Nyatnyono, Ungaran, Semarang, Sabtu (9/9/2023).
Manaqib Kubro, Istighosah, Bahtsul Masail, Temu Mursyid, dan Pengajian Akbar murupakan kegiatan rutin keliling 6 bulan sekali di 41 Syu’biyyah yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Manaqib Kubro ini turut dihadiri oleh perwakilan pengurus Idarah Aliyyah, pengurus Idarah Wustho Jateng dan DIY, Pengurus Syu’biyyah, para masyaikh dan habaib, serta TNI – Porli setempat dan tamu undangan lainnya.
Menurut Mudir JATMAN Jateng KH Ahmad Sa’id Lafif, Musyawarah Idaroh Wustho merupakan program JATMAN yang rutin dilakukan satu tahun dua kali.
“Program ini akan berkelanjutan terus menerus merupakan bagian Khidmah kita terhadap Thoriqoh.Musyawarah Idharoh Wustho ini bentuk komunikasi yang baik, sehingga menjalankan JATMAN Jateng berkembang pesat memberikan manfaat bagi masyarakat luas,’’ katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal JATMAN Idaroh Aliyyah KH. Mashudi dalam sambutannya menyampaikan atas nama JATMAN Idaroh Aliyyah mengapresiasi kegiatan pengajian akbar dan manaqib kubro ini
“Sejak pagi sampai sekarang dengan pengajian akbar dan tadi kita mengikuti bersama-sama maulidurrasul, kami yakin bahwa ini adalah arena untuk menjadikan majelis ini majelis yang mubarak. Sepulang dari mejelis ini semuanya diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala,” katanya.
Kiai Mashudi menjelaskan mejelis seperti inilah yang dikemas dan dikawal oleh JATMAN menjadi salah satu ngerem datangnya kiamat.
“Tidak akan terjadi kiamat selagi masih ada orang yang wirid dzikir Allah, Allah, Allah. Itulah garapan dari JATMAN, mengistiqomahkan wirid. Jadi, barangsiapa yang diberikan kekuaran berdzikir maka yang bersangkutan akan diberi tanda-tanda kewalian,” jelasnya.
“Jadi, JATMAN itu bukan hanya diikuti oleh bapak-bapaknya saja tapi ibu-ibunya juga berthoriqoh. Polisi berthoriqoh, tantara berthoriqoh. Mari kita do’akan dengan didampingi TNI-POLRI JATMAN semakin besar. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin,” tambahnya.
Mudah-mudahan majelis ini, lanjutnya, menjadikan kita semakin cinta kepada Rasululah shalallahu ‘alaihi wassalam. Ketika kita berkhidmah kepada Allah maka segala sesuatu akan tunduk kepada kita.
“Itulah sebabnya JATMAN sedang mengembangkan salah satu lajnah, yaitu lajnah Wathonah (Wanita Thoriqoh an Nahdliyyah). Kemudian lajnah MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqoh al Mu’tabah an Nahdliyyah),” paparnya.
“Mudah-mudahan semua program yang sudah direncanakan oleh Idarah Aliyyah berserta Idaroh Wustho, Syu’biyyah, Ghusniyyah, dan Sa’afiyyah Se-Indonesia dimudahakan Allah dan akhirnya JATMAN menjadi jam’iyyah salah satu yang bisa mengamankan Indonesia yang kita cintai ini, menjadi Indonesia semakin hebat dan maju,” ungkapnya.
Jember, JATMAN Online – Silaturahim Mursyid, Khalifah, Badal dan Jamaah Thariqah yang dilaksanakan di Masjid Al Munawwir, Ponpes Raden Rahmat Sunan Ampel Jember berlangsung hangat, Selasa (12/09).
Acara yang dinarasumberi oleh Rais Awwal Idarah Aliyah JATMAN Sayyid Abdurrahim Assegaf Puang Makka tersebut banyak menjawab beragam persoalan dalam berthariqah yang selama ini masih membayangi para jamaah.
Shahibul bait yang juga Pengasuh Ponpes Raden Rahmat Sunan Ampel, Kiai Ahmad Nafi’ menyampaikan bahwa kehadiran Puang Makka merupakan sebuah keberkahan. Dalam pengantarnya, sebelum diserahkan sepenuhnya kepada Puang Makka, Kiai Nafi juga sedikit menjelaskan bagaimana korelasi antara Islam, Iman dan Ihsan serta peran JATMAN sebagai sebuah organisasi thariqah di Indonesia.
“Saat ini, semua orang membutuhkan kekuatan ruhaniyah, energi spiritual yang ini didapatkan setelah kita diberi anugerah iman kemudian bisa membuktikannya dengan syariat mengamalkan islam, maka energi ruhaniyah akan mengisi Islam dengan Ihsan. Di mana ilmunya di tasawuf, praktiknya di Thariqah. Di Indonesia, ada organisasinya, bukan hanya jamaah tapi juga jamiyyah yaitu JATMAN. Rais Am adalah Maulana Habib Luthfi Pekalongan,” ungkapnya.
Pengantar ini kemudian diperjelas oleh narasumber, Puang Makka, bahwa benar adanya jika JATMAN didirikan untuk menjembatani semua thariqah muktabarah yang ada di Indonesia dan menjaganya dari aliran-aliran sesat tanpa mencampuradukan amalan-amalan yang ada pada masing-masing thariqah. Karena muktabarahnya thariqah itu harus memenuhi tiga komponen secara lengkap, yaitu sanad, kitab dan amalan.
“Sebab belakangan ini banyak juga muncul thariqah tetapi ternyata hanya aliran kebatinan kemudian mencap dirinya sebagai muktabarah. Itulah yang dihimpun oleh JATMAN. Tapi JATMAN itu tidak memasuki urusan thariqah masing-masing,” papar Puang Makka.
Puang Makka juga menjelaskan secara gamblang, bagaimana posisi thariqah dalam pengolahan hati. Menurutnya urusan thariqah urusan hati, yang mana tasawuf sebagai ilmunya dan thariqah adalah amalannya yang menjadi wilayah rasa.
“Halawatul Islam, Halawatul Iman, Halawatul Ihsan, manisnya dapat dirasakannya Islam itu dengan baik, dapat dinikmatinya Iman itu dengan baik, dapat dinikmatnya manisnya Ihsan itu dengan baik, itulah wilayah thariqah. Jadi wilayah thariqah itu adalah wilayah rasa,” jelasnya
Sementara itu, Rais Idarah Syu’biyyah Jember Kiai Nur Ali Amamu, S.Pd.I sangat mengapresiasi pertemuan ini.
“Untuk itu, kami berharap JATMAN, terutama dari Wustho, Aliyah, dapat memberikan pencerahan-pencerahan. Dan JATMAN benar-benar dikelola dengan sebaik-baiknya,” pungkasnya.
Selain beberapa tokoh di atas, hadir pula beberapa lainnya seperti Dosen Fakultas Kedokteran UNEJ Dr. dr. Munawwir,juga para mursyid, khalifah, badal dan jamaah thariqah lainnya.
Tasikmalaya, JATMAN Online – Rais ‘Aam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al Mu’tabaroh an Nahdliyyah (JATMAN) Maulana Habib Luthfi bin Yahya menghadiri Apel Kebangsaan dan Kirab Merah Putih se-Priangan Timur di Tasikmalaya dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-77, Jumat (25/8/2023).
Ribuan Peserta Apel Kebangsaan dan Kirab Merah Putih tumpah ruah di Kota Tasikmalaya, peserta membawa bendera merah putih sepanjang 500 meter. Kirab Merah Putih ini berlangsung mulai dari Jalan Yudanegara hingga Jalan HZ Mustofa dan berakhir di Kompleks Olahraga Dadaha Kota Tasikmalaya.
Habib Luthfi bin Yahya mengingatkan dalam tausyiah kebangsaannya, kirab merah putih bukan hanya acara seremonial biasa, melainkan sebuah kesempatan untuk mengingatkan masyarakat akan tiga hal penting, yakni harga diri bangsa, kehormatan bangsa, dan jati diri bangsa. Menurutnya, kirab merah putih adalah cara untuk selalu mengingat dan memahami nilai-nilai tersebut.
“Mengapa kita selalu mengadakan kirab merah putih di mana-mana? Tujuannya adalah untuk mengingatkan kita bahwa dalam merah putih terkandung makna yang dalam, yaitu harga diri bangsa, kehormatan bangsa, dan jati diri bangsa. Kita harus selalu mengingat nilai-nilai ini,” kata Habib Luthfi.
Dengan memahami nilai-nilai ini, lanjut Habib Luthfi, akan tumbuh rasa memiliki terhadap republik Indonesia, bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia, dan berbangga menjadi putra-putri Indonesia serta memiliki tanah air yang bernama Indonesia.
“Kita, yang merupakan warga merah putih, harus bangga dengan identitas kita ini. Kirab merah putih ini juga bertujuan untuk membekali generasi muda kita dalam membangun masa depan bangsa dan menghadapi berbagai tantangan yang ada. Kita harus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan teguh,” jelasnya.
“Jangan sampai memalukan para pendiri bangsa. Kita tak akan rela bila negara ini terpecah belah. Kita orang Merah Putih, dada kita Merah Putih,” imbuhnya.
Menurut Ketua Forum Sufi Dunia ini, Kirab merah putih kebangsaan di Tasikmalaya adalah contoh sukses dari upaya memupuk rasa nasionalisme dan patriotisme masyarakat. Selain itu, acara ini juga menjadi wadah silaturahmi dan kebersamaan antar elemen masyarakat serta antar umat beragama.
“Tak perlu kita berbicara perbedaan. Tak perlu lagi berbicara partainya a atau b atau c. Silahkan partai berbeda, tapi ingat Merah Putih hanya satu, Indonesia hanya satu,” tegasnya.
Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) RI ini menjelaskan bahwa kirab merah putih kebangsaan adalah salah satu cara yang efektif untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme di tengah masyarakat. Acara semacam ini juga penting untuk terus mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang keras demi kemerdekaan Indonesia.
“Oleh karena itu, perlu diadakan secara rutin agar rasa nasionalisme dan patriotisme masyarakat tetap terjaga dan terus meningkat. Kirab merah putih adalah pengingat akan jati diri bangsa, kehormatan bangsa, dan harga diri bangsa Indonesia yang harus selalu dijunjung tinggi oleh seluruh rakyat Indonesia,” ungkapnya.
Sekedar informasi, Kurang lebih 700 peserta dari Kota Banjar yang mengikuti kegiatan tersebut di antaranya, Personel Polres Banjar, Yonif Raider 323/BP, BPBD, Dishub, Sat Pol PP, Ormas, tokoh agama.
Serta Paskibraka, Drum Band, Siswa-siswi dan santri-santriwati, pencak silat, OKP, hadroh, kuda lumping, jurig sarengseng, OKP, serta masyarakat kota Banjar lainnya. Dalam kirab ini, peserta membawa berbagai atribut yang menunjukkan kecintaannya kepada Tanah Air, seperti bendera merah putih