Jakarta, JATMAN Online – Pengurus Lembaga Falakiyah PWNU Banten, KH. M. Thobary Syadzily memprediksi 1 Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin 2 Mei 2022.
Prediksi ini berdasarkan perhitungan falak secara manual sistem Nautical Almanac dan merupakan prediksi ilmiah bukan menentukan keputusan pemerintah.
“Tulisan perhitungan ilmu falak sistem hisab Nautical Almanac tentang jatuhnya awal Syawal 1443 H / 2022 yang saya buat ini semata-mata hanyalah prediksi ilmiah, bukan menentukan apalagi menyaingi pihak-pihak tertentu (نعوذ بالله من ذلك),” kata Kiai Thobari dalam keterangan tertulis, Senin (25/04).
Prediksi yang dilakukan Kiai Thobari juga hanya untuk mengamalkan ilmu yang dimilikinya. “Sekaligus mengamalkan ذکر البدن بالوفاء sebagaimana termaktub di dalam kitab Fathul Bari Syarah Shohih al-Bukhori, karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (773-852 H / 1372-1449 M): 11/262, cetakan Al-Maktabah at-Taufiqiyyah, Mesir),” ujar Kiai Thobari.
Rois Idaroh Wustho JATMAN Banten ini mengungkapkan bahwa hasil prediksi yang dilakukan karena adanya permintaan dari umat islam khususnya warga nahdliyyin.
“Berbagai umat Islam di Indonesia meminta saya untuk membuat perhitungan ilmu falak secara ilmiah tentang jatuhnya awal Syawal 1443 H / 2022. Olehkarena itu, saya mencoba memenuhi permintaan tersebut,” ungkapnya.
Keputusan ini, lanjutnya, tidak mengatasnamakan NU atau ormas lain dan tidak mendahului keputusan pemerintah RI dalam sidang isbat nanti.
“Saya tidak mengatasnamakan NU dan ormas lainnya, juga hasil hisab saya tidak mendahului keputusan pemerintah RI dalam Sidang Isbat Syawal nanti di Jakarta pada Ahad malam Senin, 1 Mei 2022 ba’da shalat maghrib,” tegas Kiai Thobari.
Pimpinan Majelis Shalawat Syadziliyyah Nusantara (MESSANTARA) ini mengimbau umat islam indonesia mengikuti keputusan sidang isbat pemerintah nanti. “Ending atau hasil akhirnya nanti wajib mengikuti keputusan Sidang Isbat,” tuturnya.
Berikut Penjelasan Falakiyahnya
Pusat Observasi Bulan (POB) : Pantai Lhoknga, Aceh – Indonesia Lintang Tempat (Ø ) : 5° 27′ 51,6” Lintang Utara Bujur Tempat ( λ ) : 95° 14′ 30,57″ Bujur Timur Tinggi Tempat/ Elevasi ( EL ) : 33 meter di atas Permukaan Laut
Ijtima’ ( اجتماع / Konjungsi / New Moon ) akhir bulan Ramadhan 1443 H. terjadi pada hari Ahad Pahing, 01 Mei 2022 M. pada pukul 03 : 28 : 00 WIB (dini hari).
Matahari Terbenam ( غروب الشمس/ Sunset ) hari Ahad Pahing, 01 Mei 2022 di Pantai Lhoknga, Aceh pada pukul 18 : 46 : 00 WIB
Hilal Terbenam ( غروب الهلال / Moonset ) pada pukul 19 : 09 : 25 WIB
Greenwich Hour Angle (GHA) Bulan hari Ahad Pahing, 01 Mei 2022 pukul 11:46 GMT = 349° 54′ 25”
Deklanasi Bulan hari Ahad Pahing, 01 Mei 2022 pukul 11:46 GMT = 16° 55′ 3,8”
Horizontal Parallax Bulan hari Ahad Pahing, 01 Mei 2022 pukul 11:46 GMT = 0° 55′ 0”
Semi Diameter Bulan hari Ahad Pahing, 01 Mei 2022 pukul 11:46 GMT = 0° 15′ 00″
Tinggi Hakiki / Geosentris Hilal ارتفاع الهلال الحقيقي ) / True or Geocentric Altitude of the Crescent Moon) = 6° 12′ 52,4” = 6,2° ( di atas ufuk / above horizon ).
Tinggi Lihat / Toposentris Hilal ( ارتفاع الهلال المرئي/ Apparent or Topocentric Altitude of the Crescent Moon ) = 5° 51′ 14,18” = 5,9° ( di atas ufuk / above horizon ).
Lama Hilal di atas ufuk ( الهلال فوق الأفق مكث / Long of the Crescent ) = 23 menit 25 detik.
Azimuth Matahari ( سمت الشمس / Azimuth of the Sun ) = 285° 19′ 42,6” atau 285,3°.
Azimuth Hilal ( سمث الهلال / Azimuth of the Crescent ) = 286° 28′ 33,8″ atau 286,6°.
Posisi Hilal 1° 8′ 51,2” atau 1,2° di sebelah Utara Matahari Terbenam dalam keadaan terlentang dengan membentuk sudut sebesar 11° 5′ 28,05” atau 11,1°.
Berdasarkan Ilmu Astronomi: Ketinggian Hilal Toposentris / Mar’i tersebut di atas sebesar 5° 51′ 14,18” atau 5,9° ( di atas ufuk ) sudah imkan ar-ru’yat yaitu hilal kemungkinan besar bisa dirukyat atau dilihat dengan menggunakan teropong / teleskop jika awan cerah. Dengan demikian: Awal bulan Syawal 1443 H. di Indonesia jatuh pada hari Senin Pon, 02 Mei 2022 M.
Catatan
Penentuan awal Syawal 1443 H / 2022 M ini berdasarkan pada Kriteria Baru Kemenag RI (New MABIMS), yaitu tinggi hilal mininal 3° dan elongasi 6,4°
Data hisab ini khusus digunakan sebagai pedoman utama atau pokok bagi para perukyat untuk melakukan ru’yatul hilal di lapangan.
Keputusan selanjutkan menunggu hasil pengumuman Menteri Agama RI dalam Sidang Itsbat Syawal 1443 H pada hari Ahad malam Senin, 01 Mei 2022 usai shalat maghrib berjama’ah.
Jakarta, JATMAN Online – Khodimut Thariqah Naqsabandiyah KH. Ahmad Nafi menjelaskan setelah tarbiyah syariat, selanjutnya tarbiyah qulub. Ilmu tasawuf, memperbaiki nafsu, membuka hijab. Orang yang sudah bersyariat, berfiqih, bertasawuf maka itulah orang yang sampai pada hakikat.
“Hakikat adalah sempurnanya iman. Yakni, dalam kitab Lathoiful Isyaroh, hidupnya kalbu bersama Allah kapanpun, dimanapun, dengan siapapun. Kita tidak hanya mencegah hawa nafsu saat ibadah, tapi saat dalam pekerjaan,” kata Kiai Nafi saat mengadiri Pengajian Bulanan di Pesantren Mahasiswa Daarusshohabah, Jalan Pemuda Asli II No. 20 RT 03/03, Rawamangun, DKI Jakarta, Kamis (14/09/2023).
Pengasuh PP Raden Rahmat Sunan Ampel Jember ini menyampaikan kalau baik dengan orang yang baik itu wajar. Kalau hati bersih, ketemu orang maksiat atau buruk atau kriminal saja selalu husnuzon.
“Gimana caranya bersih hati? Kita harus tawadlu berhadapan dengan orang maksiat. Itu diterangkan dalam kitab Nasoihul ibad, caranya lihatlah bahwa rahmat Allah mungkin diberikan pada siapapun yang dikehendaki-Nya, sekalipun manusia itu ahli maksiat. Jika dia mendapat hidayah, bisa husnul khatimah. Kita tidak bisa menjamin bisa husnul khotimah,” jelasnya.
“Bencilah pada perilakunya, jangan benci pada orangnya. Ketika kita tidak bisa tawadlu, berarti ada kesombongan dalam hati,” tambahnya.
Menurut Kiai Nafi, cita-cita mulia adalah baik di dunia dan akhirat, tercegah dari neraka, masuk surga tanpa melihat neraka, tanpa hisab. Gimana caranya? Jadilah orang-orang pilihan Allah. Jadilah orang-orang yang shalih (ibadah dan muamalah).
“Ibadah jangan jasmani saja, isi juga dengan ruhaniyah, sambung dengan Nur Nabi, yakni sambunglah dengan orang-orang yang menjadi jalan menuju Allah. Jadilah orang yang bisa menjadi sahabat terbaik bagi semua orang,” ungkapnya.
Semarang, JATMAN Online – Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh al Mu’tabaroh an Nahdliyyah (JATMAN) Idaroh Wustho Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY) menggelar Manaqib Kubro di Pondok Pesantren Al-Mukhlisin Nyatnyono, Ungaran, Semarang, Sabtu (9/9/2023).
Manaqib Kubro, Istighosah, Bahtsul Masail, Temu Mursyid, dan Pengajian Akbar murupakan kegiatan rutin keliling 6 bulan sekali di 41 Syu’biyyah yang ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Manaqib Kubro ini turut dihadiri oleh perwakilan pengurus Idarah Aliyyah, pengurus Idarah Wustho Jateng dan DIY, Pengurus Syu’biyyah, para masyaikh dan habaib, serta TNI – Porli setempat dan tamu undangan lainnya.
Menurut Mudir JATMAN Jateng KH Ahmad Sa’id Lafif, Musyawarah Idaroh Wustho merupakan program JATMAN yang rutin dilakukan satu tahun dua kali.
“Program ini akan berkelanjutan terus menerus merupakan bagian Khidmah kita terhadap Thoriqoh.Musyawarah Idharoh Wustho ini bentuk komunikasi yang baik, sehingga menjalankan JATMAN Jateng berkembang pesat memberikan manfaat bagi masyarakat luas,’’ katanya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal JATMAN Idaroh Aliyyah KH. Mashudi dalam sambutannya menyampaikan atas nama JATMAN Idaroh Aliyyah mengapresiasi kegiatan pengajian akbar dan manaqib kubro ini
“Sejak pagi sampai sekarang dengan pengajian akbar dan tadi kita mengikuti bersama-sama maulidurrasul, kami yakin bahwa ini adalah arena untuk menjadikan majelis ini majelis yang mubarak. Sepulang dari mejelis ini semuanya diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala,” katanya.
Kiai Mashudi menjelaskan mejelis seperti inilah yang dikemas dan dikawal oleh JATMAN menjadi salah satu ngerem datangnya kiamat.
“Tidak akan terjadi kiamat selagi masih ada orang yang wirid dzikir Allah, Allah, Allah. Itulah garapan dari JATMAN, mengistiqomahkan wirid. Jadi, barangsiapa yang diberikan kekuaran berdzikir maka yang bersangkutan akan diberi tanda-tanda kewalian,” jelasnya.
“Jadi, JATMAN itu bukan hanya diikuti oleh bapak-bapaknya saja tapi ibu-ibunya juga berthoriqoh. Polisi berthoriqoh, tantara berthoriqoh. Mari kita do’akan dengan didampingi TNI-POLRI JATMAN semakin besar. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin,” tambahnya.
Mudah-mudahan majelis ini, lanjutnya, menjadikan kita semakin cinta kepada Rasululah shalallahu ‘alaihi wassalam. Ketika kita berkhidmah kepada Allah maka segala sesuatu akan tunduk kepada kita.
“Itulah sebabnya JATMAN sedang mengembangkan salah satu lajnah, yaitu lajnah Wathonah (Wanita Thoriqoh an Nahdliyyah). Kemudian lajnah MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqoh al Mu’tabah an Nahdliyyah),” paparnya.
“Mudah-mudahan semua program yang sudah direncanakan oleh Idarah Aliyyah berserta Idaroh Wustho, Syu’biyyah, Ghusniyyah, dan Sa’afiyyah Se-Indonesia dimudahakan Allah dan akhirnya JATMAN menjadi jam’iyyah salah satu yang bisa mengamankan Indonesia yang kita cintai ini, menjadi Indonesia semakin hebat dan maju,” ungkapnya.
Jakarta, JATMAN Online – Seiring dengan kemarau panjang yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, yang membuat sejumlah wilayah mengalami kekeringan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) mengajak umat Islam untuk menggelar Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan.
“Kementerian Agama mengajak umat Islam untuk melaksanakan Shalat Istisqa atau shalat meminta hujan,” kata Gus Yaqut di Jakarta, Jumat (15/09).
Ia mengatakan sesuai dengan namanya, al-istisqa’, adalah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya). Para ulama fikih mendefinisikan Shalat Istisqa sebagai shalat sunah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.
Shalat Istisqa pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW, seperti yang dikisahkan lewat hadis riwayat Abu Hurairah RA.
Menurut Gus Yaqut, Shalat Istisqa menjadi bagian dari ikhtiar batin sekaligus bentuk penghambaan kepada Allah SWT.
“Memohon agar Allah menurunkan hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda. Amin,” ujarnya.
Adapun pelaksanaan Shalat Istisqa sama dengan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Sesudah Takbiratul Ihram, melakukan takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali takbir pada rakaat kedua.
Setelah membaca Surat Al-Fatihah dan lainnya, lalu rukuk, sujud hingga duduk tahiyyat kemudian salam.
Khatib lalu menyampaikan khutbah sama seperti khutbah Idul Fitri dan Idul Adha. Khutbah dianjurkan mengajak umat Islam untuk bertobat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.